Menyambut 10 Muharram, mahasiswa KKN Reguler UINSI bersama warga Desa Modang, membuat bubur Asyura untuk dibagikan kepada warga

Rayakan 10 Muharram, Mahasiswa KKN UINSI dan Warga Modang Buat Bubur Asyura

PASER – IKUT merayakan Hari Asyura atau hari ke 10 di bulan Muharram dalam kalender Hijriah, sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda yang tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), membuat dan membagikan bubur Asyura.

Kegiatan itu dilakukan bersama warga Desa Modang, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Senin (31/07/23).

Hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram merupakan hari bersejarah bagi umat muslim. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa terdapat sejumlah peristiwa penting yang terjadi di hari itu.

Istilah ini berasal dari kata ‘asyr yang dalam bahasa Arab berarti sepuluh. Artinya, Asyura adalah hari kesepuluh bulan Muharram penanggalan kalender Hijriyah. Di kalangan masyarakat Jawa, sebagian orang menyebut bulan Muharram dengan nama bulan ‘Suro’. Istilah ini merujuk pada hari penting pada bulan Muharram yaitu tanggal 10 Muharram atau Asyura tersebut.

Ketua KKN Reguler UINSI Desa Modang, Muhammad Ilham Triadi mengatakan, tradisi memasak dan menyantap bubur asyura sering kali melibatkan kerjasama antarwarga. Sebab itu mahasiswa KKN di Desa Modang melibatkan masyarakat untuk saling berbagi hidangan dengan tetangga, teman, dan keluarga.

“Perayaan ini merupakan simbol persatuan, kebersamaan, dan kedermawanan dalam budaya dan tradisi masyarakat yang memperingati hari Asyura,” katanya.

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda yang tengah melaksanakan KKN di Desa Modang, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Kaltim.

 

Tradisi memasak bubur asyura kata dia, tidak hanya di Desa Modang tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia. Khususnya di Kalimantan Timur yang warganya juga melaksanakan puasa Muharram dan bubur Asyura dihidangan kan saat berbuka puasa.

Menurut Ilham, hal tersebut merupakan salah satu bentuk pengungkapan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah Swt.

“Sepemahaman saya mengenai sejarahnya, bubur Asyura sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu,” ujar Ilham sambil mengaduk bubur.

Dia berharap, di tahun depan kegiatan masak bersama bubur Asyura itu dapat dilakukan kembali serta bisa memberikan hal-hal positif di tahun selanjutnya di Desa Modang. []

Penulis: Hernanda | Penyunting : Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com