Numerisasi Batu Bertulis Yupa : Sebuah Buku Hasil Kajian Tiga Akademisi

SAMARINDA – TIGA akademisi, yakni Kurniawan dan Yulian Widya Saputra, keduanya merupakan Dosen MIPA pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman (Unmul), serta Fitria Nurul Hidayah, Dosen Luar Biasa pada Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, melakukan kunjungan ke Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), di Jalan Ir. H. Juanda, Samarinda, Selasa (17/10/2023).

Dilansir dari Media Centrer DPK Kaltim, kedatangan ketiga akademisi tersebut adalah dalam rangka menyerahkan sumbangan buku yang berjudul “Numerisasi Batu Bertulis Yupa” kepada DPK Kaltim. Kedatangan mereka dan penyerahan buku itu diterima Pejabat Fungsional Pustakawan Ahli Madya DPK Kaltim Patimah Irny di Seksi Deposit dan Alih Media DPK Kaltim.

Patimah Irny menyambut suka cita penyerahan buku Numerisasi Batu Bertulis Yupa. Karena buku tersebut tentunya akan menambah khasanah pembendaharaan koleksi buku dengan materi konten lokal yang mengupas unsur sejarah adat dan budaya kearifan lokal di Bumi Kalimantan Timur.

Kurniwan, salah satu akademisi dan tim penulis buku Numerisasi Batu Bertulis Yupa menjelaskan, buku tersebut ditulis dengan kajian yang mendalam melalui multi disiplin ilmu. Yaitu pendekatan ilmu sejarah yang dipadukan dengan ilmu geografi dan ilmu matematika atau etnomatematika.

“Kami menemukan penomoran bilangan matematika berupa kata-kata yang ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa yang digunakan adalah Sanksekerta yang ditulis pada Yupa (tongkat yang terbuat dari batuan beku monolit) peninggalan kerajaan Martapura di Kutai,” jelas Dosen Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) FKIP Unmul ini.

Kendala yang dihadapi dalam proses pengkajian untuk penulisan ini lanjut Kurniawan, adalah pada proses alih aksara kuno. Karena sangat jarang orang yang mengerti aksara kuno ini.

Kata dia, dibutuhkan waktu satu tahun untuk proses alih aksara dan alih bahasa ini dengan bantuan ahli aksara dan bahasa kuno yang ada di Museum Nasional. Dari proses alih aksara dan bahasa kuno pada Yupa tersebut dapat terungkap bahwa numerisasi yang ditemukan bertemakan tentang kuantitas dan bilangan.

“Numerisasi masa Kerajaan Kutai Martapura masa Hindu – Budha abad ke 5 Masehi, dalam teks berbahasa Sanksekerta tersebut, diantaranya “Aika” yang dalam bahasa Indonesia berarti satu, “Dasa” dalam bahasa Indonesia berarti sepuluh, dan “Aikadasa” dalam bahasa Indonesia berarti sebelas,” jelas Kurniawan.

Kosa kata Aika, Dwi, Tri dan seterusnya memiliki makna sebagai urutan (kelahiran) anak dalam sebuah keluarga, selain juga dipergunakan untuk menandakan tanggal lahir seseorang.

“Pada masa sekarang ada perubahan kata fonem Aika menjadi Eka yang digunakan sebagai penanda urutan nama anak pertama,” ujarnya.

Sebelum mengakhiri kunjungannya, Kurniawan bersama dua penulis lainnya berharap dengan telah terbitnya masyarakat dapat mengetahui sejarah numerisasi yang ada di Kerajaan Kutai Martapura. []

Penulis : Himawan Yokominarno | Penyunting : Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com