Marangkayu, Satu-satunya Daerah di Kukar yang Mampu Produksi Garam

KUTAI KARTANEGARA – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mulai kembangkan inovasi produksi garam di Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu dengan tunnel garam.

Tunnel garam merupakan inovasi dalam mengeringkan atau mengkristalkan garam dengan membuat rangka yang dilapisi dengan plastik ultra violet (UV) sehingga membentuk seperti terowongan. Pengembangan tersebut berdasarkan analisis geografis yang dilakukan sebelumnya.

Secara garis besar, kawasan Kalimantan memiliki intensitas hujan yang lebih tinggi dibandingkan Pulau Jawa. Sehingga, produksi garam dengan metode lahan terbuka, sangat tidak memungkinkan dilakukan di wilayah Kalimantan.

Sebelumnya, inovasi tersebut telah dilakukan uji coba pada tahun 2022 yang lalu. Uji coba tersebut mendapatkan perhatian dan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Uji coba tersebut dianggap berhasil, serta mampu menghasilkan sebanyak 1 ton garam.

Pengembangan inovasi tahap ke dua dilakukan pada tahun 2024 ini, berlokasi di samping Kantor Desa Kersik yang dikelola oleh kelompok usaha garam kersik.

Ketua Kelompok Usaha Kugar Kresik 2 Sigit mengatakan, dalam implementasi tahap kedua tersebut pihaknya mendapatkan bantuan dari DKP Kabupaten Kukar berupa tunnel garam. Pengelolaannya dilakukan secara berkelompok yang berisikan 12 orang anggota.

“Kita lakukan secara berkelompok, ini juga menjadi media belajar. Kita juga di support pemerintah kabupaten berupa tunnel,” ucapnya ketika dihubungi beritaborneo.com melalui sambungan telepon, Kamis (08/02/2024).

Sigit menjelaskan, tahap kedua tersebut dilakukan pada lahan sekitar 32 meter persegi dengan modal awal sekitar Rp150 juta. Saat ini masih dalam tahap produksi, bahan baku diambil dari air laut yang dipompa melalui sistem irigasi.

Diperoyeksikan dengan luasan lahan tersebut, dapat menghasilkan sekitar 600 hingga 700 kilogram garam dalam sekali panen. Dengan harga Rp3 – 5 ribu per kilogram, sehingga mampu mencapai omset Rp 10 juta perbulan

“Modal awal kita sekitar Rp150 juta, untuk modal listrik dan lainnya. Panen tergantung dari keadaan cuaca, kalau cuaca mendukung bisa dalam satu bulan dua kali panen,” ungkapnya.

Untuk saat ini, pihaknya hanya bisa memproduksi bahan mentahan yakni garam krosok. Garam tersebut banyak digunakan dan dibeli oleh nelayan untuk produksi ikan asin. Rata – rata dalam sekali beli sekitar 300 – 500 kilogram garam.

“Kita produksi bahan mentahan, garam krosok. Kebanyakan saat ini yang beli para produsen ikan asin,” ucapnya.

Sigit berharap, kelompok usaha yang dipimpinnya bisa menjadi bahan percontohan untuk daerah lainnya. Meskipun produksinya hanya mampu dalam skala kecil, Marangkayu satu-satunya daerah yang memproduksi garam di Kukar.

“Untuk saat ini hanya mampu produksi sedikit, kedepannya masih kita usahan untuk produksi secara besar. Rata – rata garam yang dipasok pasaran berasal dari luar pulau,” tutupnya. []

Penulis : Jemi Irlanda Haikal | Penyunting : Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com