Pantau Hilal 10 Maret Mendatang, Kemenag Perkirakan Ada Perbedaan Awal Ramadhan 1445 H

KUTAI KARTANEGARA – SAAT ini sudah memasuki pertengahan bulan Sya’ban, tidak terasa Ramadhan pun segera tiba. Lalu, kapan puasa Ramadhan akan dimulai?

Ada dua metode yang biasa digunakan dalam menentukan datangnya awal Bulan Ramadhan. Bagi organisasi massa (Ormas) Muhammadiyah yang menggunakan metode hasil Hisab Hakiki Wujudul Hilal, mereka telah menentukan bahwa 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Serta untuk Hari Raya Idul Fitri akan jatuh pada Rabu, 10 April 2024 mendatang.

Perihal ini dimuat dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan nomor 1/MLM/I.0/E/2024 yang telah ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada 12 Januari 2024

Sementara pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) terlebih dahulu akan melakukan pemantauan hilal (Rukyatul Hilal). Rukyatul Hilal adalah kriteria penentu awal bulan kalender hijriyah dengan cara merukyah (mengamati) hilal secara langsung.

Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Dalam menentukan 1 Ramadhan 1445 Hijriah, Kemenag seluruh Indonesia, termasuk Kantor Kemenag Kutai Kartanegara (Kukar), secara serentak akan melakukan pemantauan hilal pada Minggu, 10 Maret mendatang.

Kepala Kantor Kemenag Kukar H Nasrun mengatakan, aktivitas pemantauan rukyatul hilal atau penglihatan hilal dilakukan pada 10 Maret 2024. Rukyatul hilal tersebut bertujuan untuk mengetahui kapan jatuhnya 1 Ramadhan 1445 Hijriah ini.

“Kami akan melakukan pemantauan hilal bersama stakeholder terkait dan pemantauan tersebut dilakukan secara nasional,” kata Nasrun kepada beritaborneo.com di Kantor Kemenag Kukar, Tenggarong, Rabu (28/02/2024).

Nasrun mengatakan berdasarkan kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), dalam metode Rukyatul Hilal menetapkan kriteria tinggi hilal minimum 2 derajat. Namun menurut perhitungan hisab falakiyah, diperoyeksikan posisi hilal pada 10 Maret sekitar 0 derajat 2 menit 81 detik.

“Kalau Rukyatul Hilal dalam posisi 0 derajat, maka kemungkinan dengan alat apapun hilal tidak akan terlihat di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Jika hal itu terjadi lanjut dia, maka pelaksanaan sholat terawih baru bisa dilaksanakan pada Senin malam tanggal 11 Maret dan awal puasa pada Selasa, 12 Maret 2024. Hal ini berarti akan kembali menghadapi perbedaan dengan Muhammadiah dalam mengawali 1 Ramadhan 1445 Hijriah.

Muhammadiyah secara khusus menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Sedangkan Pemerintah dan Nadhatul Ulama (Nu) menggunakan metode Hisab Rukyatul Hilal disertai sidang isbat. Penggunaan metode perhitungan yang berbeda, terkadang menyebabkan perbedaan dalam menetapkan 1 Ramadhan.

“Yang jelas, apa pun hasil rukyatul hilal ini, kami tetap menunggu keputusannya dari pemerintah, khususnya Kemenag RI yang akan menetapkan 1 Ramadhan melalui sidang ishbat,” ucapnya.

Namun demikian, Nasrun juga menghimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Kukar untuk tidak risau kalau terjadi perbedaan dalam mengawali 1 Ramadhan 1445 Hijriah. Seluruh umat muslim kata dia, harus saling menghargai, hidup rukun, serta jangan sampai terpecah belah. []

Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com