KOTAWARINGIN BARAT – Dunia konservasi memperingati hari kelahiran ke-79 Prof. Dr. Birute Mary Galdikas pada 10 Mei 2025. Sosok legendaris yang telah mendedikasikan lebih dari setengah abad hidupnya untuk pelestarian orangutan ini tetap menunjukkan semangat yang tak kunjung padam meski usia terus bertambah.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada 1971, perempuan kelahiran 10 Mei 1946 ini telah menjadi pelopor penelitian dan perlindungan orangutan. “Pengalaman pertama saya datang ke Tanjung Puting pada tahun 1971 telah mengubah hidup saya. Sejak itu, saya tahu bahwa masa depan orangutan sangat bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini,” tulis Prof. Birute dalam pesan tertulisnya.
Sebagai Presiden Orangutan Foundation International (OFI), Prof. Birute masih aktif memimpin berbagai upaya konservasi. Seorang staf OFI di Pangkalan Bun mengungkapkan, “Dedikasi Ibu Birute sungguh luar biasa. Di usianya yang ke-79, beliau masih aktif memberikan arahan kepada kami melalui telepon, meski berada jauh di Amerika.”
Selama 54 tahun pengabdiannya, Prof. Birute tidak hanya menyelamatkan ribuan orangutan dari ancaman kepunahan, tetapi juga membangun ekosistem konservasi yang melibatkan berbagai pihak. “Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak, khususnya Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat. Dukungan mereka sangat penting dalam menyelamatkan orangutan dari ambang kepunahan,” ucap sang profesor.
Komitmennya terhadap pelestarian lingkungan telah menginspirasi banyak generasi muda. Dalam pesannya, Prof. Birute menegaskan, “Bagi saya, orangutan bukan sekadar objek penelitian. Mereka adalah makhluk luar biasa yang patut dihormati dan dilindungi.”
Meski usia telah senja, pemikiran tajam dan semangat juangnya tetap menyala. Kehadirannya di Tanjung Puting selama lebih dari lima dekade telah menjadi tonggak penting dalam sejarah konservasi primata dunia. Kini, di usia ke-79, warisan terbesarnya bukan hanya pada penyelamatan orangutan, tetapi juga pada kesadaran bahwa pelestarian alam adalah tanggung jawab bersama umat manusia.
Perjalanan panjang Prof. Birute membuktikan bahwa dedikasi sejati tidak mengenal batas usia. Sosoknya tetap menjadi mercusuar harapan bagi kelangsungan hidup orangutan dan ekosistem hutan hujan Kalimantan yang semakin terancam.[]
Redaksi11