BERAU – Pemerintah Kabupaten Berau, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), mendorong para pelaku usaha ekonomi kreatif (ekraf) agar tidak hanya fokus pada aspek estetika, tetapi juga mempertimbangkan nilai ekonominya secara berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, dalam keterangannya pada Senin (7/4/2025).
Ilyas menjelaskan bahwa ekonomi kreatif tidak dapat disamakan dengan sekadar kreativitas biasa. Menurutnya, sebuah karya baru dapat dikategorikan sebagai bagian dari sektor ekraf apabila memiliki nilai ekonomi dan bisa mendatangkan keuntungan secara konsisten.
“Kreativitas yang tidak menghasilkan nilai ekonomi bukanlah bagian dari ekraf,” tegas Ilyas.
Ia juga menyampaikan bahwa keberhasilan pelaku usaha ekraf sangat bergantung pada kemampuannya dalam menciptakan inovasi yang tidak hanya menarik dari sisi tampilan, tetapi juga memiliki potensi pasar dan kesinambungan produksi.
“Ekonomi kreatif itu bukan sekadar kreativitas, tetapi kreativitas yang bisa menghasilkan nilai ekonomi. Jika hanya sekadar kreatif tapi tidak ada nilai ekonominya, itu bukan ekraf,” jelasnya lebih lanjut.
Salah satu tantangan yang menurutnya kerap dihadapi adalah keterbatasan bahan baku dan tenaga kerja, terutama saat permintaan produk meningkat secara drastis. Ia mencontohkan kondisi yang mungkin terjadi ketika pelaku ekraf mendapat pesanan dalam jumlah besar setelah promosi di luar negeri.
“Jangan sampai kita sudah promosi ke luar negeri, tiba-tiba ada pesanan 10 ribu unit, tetapi bahan bakunya tidak tersedia. Ini yang berbahaya,” ujarnya mengingatkan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Ilyas menyarankan agar pelaku usaha menerapkan strategi produksi bertahap agar tetap mampu memenuhi permintaan tanpa mengorbankan kualitas dan ketersediaan stok.
“Misalnya, ada permintaan 10 ribu unit, bisa dikerjakan dengan cara dicicil. Dengan cara ini, keberlanjutan produksi tetap terjaga, permintaan bisa dipenuhi, dan harga produk pun tetap kompetitif,” katanya.
Lebih jauh, ia juga menekankan pentingnya integrasi antara sektor ekraf dan pariwisata sebagai bentuk sinergi pengembangan ekonomi daerah. Salah satu contoh yang dikemukakan adalah potensi wisata edukasi kerajinan rotan yang ada di Kampung Long Beliu, Kecamatan Kelay.
“Seperti wisata rotan yang bisa menjadi daya tarik tersendiri. Kita bisa membuat wisata edukasi tentang bagaimana rotan diolah, mulai dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi,” ungkap Ilyas.
Ia optimistis bahwa kolaborasi antara kreativitas pelaku usaha dan potensi wisata lokal dapat meningkatkan perekonomian masyarakat serta menjadikan Berau sebagai destinasi kreatif dan edukatif.
“Saya berharap, dengan dorongan ini, pelaku usaha di Berau dapat lebih inovatif dalam mengembangkan produk kreatif yang memiliki nilai ekonomi tinggi, serta mampu bertahan dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif,” pungkasnya.[]
Redaksi10