Foto aktifitas penambangan

Harga Batu Bara Naik Setelah AS Tarik Diri dari Pendanaan Energi Fosil

JAKARTA – Harga batu bara global mengalami lonjakan pada perdagangan Rabu (06/03/2025), dipicu oleh keputusan Amerika Serikat (AS) yang menarik diri dari komitmen pendanaan transisi energi di sejumlah negara berkembang. Langkah ini dinilai dapat mengganggu upaya global untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.

Berdasarkan data dari Refinitiv, harga batu bara thermal di bursa ICE Newcastle tercatat mencapai US$105,9 per ton pada penutupan sesi perdagangan, naik sebesar 0,71 persen dibandingkan harga pada Selasa (05/03/2025) yang berada di angka US$105,15 per ton. Kenaikan ini melanjutkan tren positif yang dimulai sejak awal pekan.

Keputusan AS untuk menarik diri diumumkan setelah negara tersebut mengundurkan diri dari kesepakatan pendanaan International Partners Group (IPG), sebuah inisiatif yang melibatkan negara-negara maju untuk mendukung transisi energi di Afrika Selatan, Indonesia, Vietnam, dan Senegal. Pemerintah AS mengonfirmasi penarikan diri tersebut pada Kamis (06/03/2025). IPG sebelumnya terdiri dari Uni Eropa, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Kanada, Jepang, Norwegia, dan Denmark.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan, Chrispin Phiri, mengonfirmasi bahwa AS membatalkan komitmennya untuk pendanaan program transisi energi di Afrika Selatan, Indonesia, dan Vietnam. “Amerika Serikat telah mengirimkan pemberitahuan resmi terkait penarikannya dari perjanjian dengan Afrika Selatan, Indonesia, dan Vietnam. Namun, mereka tidak pernah mengonfirmasi komitmen dana untuk Senegal,” jelas Phiri.

Keputusan ini merupakan bagian dari kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang kerap menarik diri dari kesepakatan iklim global. Pada Januari 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menarik AS keluar dari Perjanjian Paris yang bertujuan membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C.

Sebagai dampak langsung, Afrika Selatan kehilangan investasi lebih dari US$1 miliar yang sebelumnya dijanjikan oleh AS untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara dan mengembangkan energi terbarukan.

“Proyek hibah yang tengah dalam tahap perencanaan atau implementasi kini dibatalkan,” ungkap Phiri.

Di Indonesia, penghentian pendanaan turut berdampak pada program transisi energi yang didukung oleh Badan Bantuan AS (USAID) dan Departemen Energi AS. Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), menyatakan, “Pembiayaan untuk proyek energi bersih, termasuk pengurangan PLTU batu bara, harus dihentikan akibat kebijakan AS ini.”

Sementara itu, negara anggota IPG lainnya tetap berkomitmen untuk melanjutkan pendanaan mereka. Uni Eropa dan Jepang dilaporkan akan meningkatkan alokasi dana untuk menutup kekurangan akibat penarikan AS.

Analis pasar energi memperkirakan harga batu bara akan terus berfluktuasi, seiring ketidakpastian politik global. Penarikan AS dari pendanaan transisi energi berisiko memperlambat pencapaian target emisi nol bersih di negara berkembang, sekaligus memberikan tekanan tambahan pada pasokan batu bara global akibat stagnasi permintaan. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X