JAKARTA – Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2025 yang dimulai pada Rabu (23/04/2025) ternoda oleh berbagai tindakan kecurangan yang memanfaatkan perkembangan teknologi modern. Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menemukan berbagai modus operandi baru yang sangat mengkhawatirkan, mulai dari penggunaan kamera mini yang disembunyikan di behel gigi hingga pemanfaatan kecerdasan buatan untuk menjawab soal ujian secara tidak sah.
Ketua Tim Penanggung Jawab SNPMB, Eduart Wolok, dalam konferensi pers mengungkapkan keprihatinan mendalam atas maraknya kecurangan yang terjadi. “Kami menemukan berbagai upaya kecurangan yang dilakukan peserta dengan metode yang semakin canggih dari tahun ke tahun,” tegasnya.
Wolok menjelaskan bahwa modus yang teridentifikasi sangat beragam, termasuk penggunaan kamera berukuran sangat kecil yang dipasang di behel gigi, kancing baju, atau balik kacamata, pemanfaatan teknologi remote access, siaran langsung selama ujian, serta penggunaan aplikasi kecerdasan buatan untuk menjawab soal.
Menyikapi temuan ini, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi segera mengeluarkan pernyataan resmi tentang komitmen untuk memperbaiki sistem pengawasan ujian berbasis komputer. Panitia penyelenggara telah mengambil langkah antisipatif dengan menyiapkan bank soal yang sangat banyak sebagai cadangan.
“Kami memiliki cadangan soal yang cukup untuk setiap sesi. Jika ada soal yang bocor, itu adalah soal dari sesi sebelumnya yang sudah tidak akan digunakan lagi,” jelas juru bicara SNPMB.
Pelaksanaan UTBK-SNBT tahun ini diikuti oleh 860.975 peserta dari seluruh Indonesia yang memperebutkan 259.564 kursi di perguruan tinggi negeri. Ujian diselenggarakan di 106 pusat dan subpusat tes yang tersebar di berbagai daerah, termasuk di sembilan pulau terluar. Berbeda dengan tahun sebelumnya, UTBK 2025 hanya diselenggarakan dalam satu gelombang dengan 23 sesi ujian, dengan materi ujian yang mengukur kemampuan dasar peserta meliputi Tes Potensi Skolastik, Literasi dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, serta Penalaran Matematika.
Isu kecurangan ini langsung menjadi perbincangan hangat di berbagai platform komunikasi digital. Berbagai bukti kecurangan beredar luas, termasuk rekaman video saat ujian, foto peserta dengan perangkat mencurigakan, hingga percakapan digital yang membahas jawaban soal. Banyak peserta yang menyatakan kekecewaannya atas praktik tidak fair ini, dengan salah seorang peserta menyatakan, “Kami belajar mati-matian selama berbulan-bulan, sementara ada yang mencari jalan pintas dengan cara tidak terpuji.”
Pihak penyelenggara menegaskan komitmennya untuk menindak tegas pelaku kecurangan. “Kami tidak mentolerir segala bentuk kecurangan. Peserta yang terbukti melakukan pelanggaran akan didiskualifikasi dan dikenakan sanksi sesuai peraturan,” tegas perwakilan resmi.
Beberapa langkah penguatan sistem pengawasan segera diterapkan, termasuk pemeriksaan perangkat elektronik lebih ketat, pemblokiran sinyal di sekitar lokasi ujian, penggunaan software proctoring canggih, peningkatan jumlah pengawas, serta analisis perilaku peserta melalui sistem kecerdasan buatan.
Kasus ini memicu diskusi serius di kalangan praktisi pendidikan tentang relevansi sistem ujian nasional di era digital. Pakar pendidikan menilai fenomena ini menunjukkan dua hal penting yakni perkembangan teknologi yang sangat pesat dan erosi nilai-nilai kejujuran di kalangan pelajar. Beberapa usulan perbaikan sistem evaluasi pendidikan mengemuka, termasuk pengembangan sistem assessment berbasis proyek, penerapan ujian berbasis esai analitis, penguatan pendidikan karakter, serta pengembangan sistem pengawasan berbasis teknologi mutakhir.
UTBK-SNBT 2025 akan berlangsung hingga 3 Mei 2025, dengan hasil seleksi yang dijadwalkan akan diumumkan pada 28 Mei 2025. Peserta dapat melakukan pendaftaran ulang ke perguruan tinggi negeri pilihan mulai 2-8 Juni 2025. Pihak penyelenggara mengakhiri pernyataan resminya dengan pesan penting.
“Pendidikan bukan sekadar tentang nilai, tapi tentang integritas dan karakter. Kami mengajak semua pihak, terutama para peserta, untuk menjaga martabat pendidikan Indonesia dengan menjunjung tinggi kejujuran.”
Fenomena kecurangan canggih dalam UTBK 2025 ini menjadi pelajaran berharga tentang tantangan baru dalam menjaga integritas sistem pendidikan di era teknologi. Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat, dan pelaku teknologi dinilai menjadi kunci penting untuk menciptakan sistem evaluasi yang lebih baik dan berintegritas di masa depan, sekaligus menjaga esensi pendidikan sebagai proses pembentukan karakter dan kompetensi secara seimbang. []
Redaksi11