BALIKPAPAN – Ketua DPRD Kota Balikpapan, Alwi Al Qadri, memberikan apresiasi tinggi terhadap kinerja Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah kota. Capaian tersebut telah membawa Balikpapan diakui sebagai salah satu kota terbaik di Indonesia dalam pengelolaan sampah domestik.
Namun, meski mengapresiasi prestasi ini, Alwi juga menyampaikan peringatan agar keberhasilan ini tidak membuat pemerintah daerah lengah dalam menghadapi masalah yang semakin mendesak. Salah satunya adalah kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar yang diperkirakan sudah hampir mencapai kapasitas maksimal.
“Ini memang bukan prestasi yang mudah dicapai. Kami menghargai kerja keras DLH yang telah membawa Balikpapan sejauh ini. Namun, kami juga perlu mencatat bahwa saat ini TPA Manggar sudah hampir overload, bahkan sudah mulai penuh,” ujar Alwi dalam pernyataan resminya pada Senin (14/04/2025).
Berdasarkan informasi yang diterima DPRD, TPA Manggar telah memasuki zona ke-6 dari total zona yang ada. Tahun depan, diperkirakan pengelolaan sampah akan beralih ke zona ke-7, yang menurut Alwi merupakan indikasi darurat akan berkurangnya kapasitas.
“Ini sudah menjadi sinyal darurat. Jika tahun depan sudah memasuki zona ke-7, artinya kapasitasnya sudah sangat menipis dan kita harus segera mencari solusi,” tegasnya.
Alwi juga menekankan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab DLH saja, tetapi juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan di kota. Menurutnya, solusi harus segera ditemukan dan tidak bisa lagi ditunda.
“Jika zona ke-7 sudah dilalui tahun depan, kapasitas TPA benar-benar akan habis. Kita membutuhkan solusi cepat, dan tidak bisa hanya menunggu,” tambahnya.
Dua opsi solusi yang disampaikan oleh Alwi adalah penambahan lahan TPA dan penerapan teknologi Waste to Energy (WTE). Opsi pertama, meskipun perlu dipertimbangkan, terbentur pada regulasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Opsi kedua, yaitu penerapan teknologi WTE, merupakan metode pembakaran sampah untuk menghasilkan energi.
“Sistem WTE sudah diterapkan di beberapa kota di Sumatera. Selain mengurangi volume sampah, limbah yang dihasilkan dapat diolah menjadi energi listrik. Ini akan membuat TPA lebih efisien dan berkelanjutan,” jelasnya.
Alwi juga menekankan bahwa pengelolaan sampah yang lebih modern harus didukung oleh kebijakan yang transparan dan melibatkan partisipasi publik secara aktif. []
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Nistia Endah