Krisis Oksigen di Sungai, Ikan Budidaya Tewas

MARTAPURA – Warga petambak di Desa Malimali, Kecamatan Karangintan, Kabupaten Banjar, kembali dihadapkan pada situasi sulit akibat kematian massal ikan air tawar yang dibudidayakan dalam keramba. Fenomena ini menambah daftar panjang kerugian yang berulang dialami masyarakat setiap kali musim kemarau tiba.

Menurut Kepala Desa Malimali, Akhmad Baswan, kejadian kali ini berlangsung sejak Selasa (10/06/2025), namun puncaknya terjadi dua hari kemudian, Kamis (12/06/2025), ketika ribuan ikan ditemukan mengambang di permukaan keramba milik warga. “Ada informasi ikan mati mulai Selasa (10/06/2025). Hari ini yang luar biasa banyak mati. Untuk di Malimali,” ungkap Baswan saat diwawancarai.

Baswan menyebut bahwa satu keramba bisa menampung antara 10 ribu hingga 20 ribu ekor ikan berbagai jenis, dengan dominasi ikan nila. Jenis bawal juga dibudidayakan, meskipun lebih banyak ditemukan di wilayah Sungai Arpat. “Yang banyak di Malimali ikan nila. Ada juga yang bawal tapi tak sebanyak di Sungai Arpat,” tambahnya.

Kerugian ekonomi pun tak bisa dihindari. Baswan memperkirakan kerugian yang dialami setiap pemilik keramba bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung dari jumlah ikan yang mati. “Setiap jala (keramba) mungkin sekitar Rp 25 sampai Rp 30 jutaan. Karena satu ton sekitar Rp 30 juta kalau panen,” jelasnya.

Peristiwa semacam ini bukan hal baru bagi warga Malimali. Hampir setiap tahun, terutama saat musim kemarau, kejadian serupa terjadi. Sungai yang menjadi sumber air keramba akan mengalami penyusutan volume dan perubahan warna, mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen yang sangat dibutuhkan ikan untuk bertahan hidup.

“Tiap tahun, kalau memasuki kemarau, ini pengaruhnya memang sungainya dangkal dan airnya gak jalan. Jadi air sungai surut dan warna kecokelatan, sehingga ikan kekurangan oksigen,” ujar Baswan.

Menyikapi hal ini, perwakilan dinas terkait bersama anggota legislatif telah meninjau langsung lokasi keramba untuk mengamati dampak yang ditimbulkan. Namun warga berharap lebih dari sekadar kunjungan, mereka mendambakan adanya langkah konkret dari pemerintah agar budidaya ikan tetap bisa berlangsung tanpa ancaman kerugian setiap musim kemarau.

“Kami berharap ada solusi dari pemerintah setempat agar roda ekonomi warga tidak terganggu dengan fenomena kematian ikan keramba secara mendadak tersebut,” pungkas Baswan. Fenomena ini menjadi pengingat pentingnya mitigasi risiko dalam sektor perikanan rakyat serta perlunya dukungan teknologi sederhana, seperti aerator atau sistem sirkulasi air, yang dapat membantu mengantisipasi kekurangan oksigen di masa mendatang. [] Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X