KUTAI TIMUR – Olahraga tradisional sumpit kembali menjadi pusat perhatian di Kalimantan Timur, melalui kegiatan latihan bersama ratusan atlet dari berbagai daerah. Kegiatan yang berlangsung di halaman Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) ini sekaligus menjadi momentum pelestarian budaya serta pembinaan atlet menuju ajang nasional.
Latihan bersama ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antar-atlet sumpit dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, tetapi juga wadah pengenalan budaya kepada generasi muda. Peserta yang hadir berasal dari sejumlah kabupaten/kota seperti Bontang, Berau, Samarinda, Kutai Timur, hingga Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Kepala Dispora Kutim, Basuki Isnawan, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan tersebut. “Saya cukup bangga. Ini jadi sarana kita mengenal budaya sendiri dan menjauhkan anak-anak dari hal negatif seperti narkoba atau balapan liar,” ujarnya, Sabtu (15/06/2025).
Menurutnya, Kutai Timur menjadi salah satu daerah yang dipandang sebagai tempat terbaik dalam penyelenggaraan olahraga sumpit, baik dari sisi fasilitas maupun partisipasi komunitas. “Kita sedang siapkan atlet untuk FORNAS. Biasanya Kutim penyumbang medali emas terbanyak,” katanya. Dalam kegiatan ini, juga dilakukan seleksi untuk menentukan perwakilan Kutim dalam Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS), di mana olahraga sumpit menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan.
Ketua Komunitas Burui Put, Nikodemus, menjelaskan bahwa olahraga sumpit berasal dari tradisi suku Dayak. Dahulu, sumpit digunakan sebagai alat berburu dan dalam ritual adat, namun kini telah berkembang menjadi olahraga rekreasi dan seni ketangkasan. “Menyumpit adalah budaya nenek moyang. Kami juga ingin mengenalkan ini ke sekolah dan TNI-Polri, karena ini bagian dari senjata tradisional bangsa,” ucapnya.
Sumpit dilakukan dengan meniup anak panah (damek) melalui tabung panjang yang diarahkan ke sasaran, mirip dengan olahraga panahan namun menggunakan teknik dan alat khas masyarakat Dayak. Lebih dari sekadar olahraga, Nikodemus menekankan bahwa sumpit memiliki nilai budaya yang patut diwariskan kepada generasi muda.
“Kami ingin anak-anak muda mengenal ini sebagai bagian dari jati diri mereka. Ini bukan sekadar olahraga, tapi ada warisan budaya yang harus dijaga,” ujarnya. Dengan penyelenggaraan latihan bersama ini, Kutai Timur kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya lokal sembari mengembangkan potensi atlet olahraga tradisional menuju level nasional. [] Admin03