VATIKAN – Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sedunia, pada Senin (21/04/2025) dalam usia 88 tahun. Pria yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio ini meninggalkan warisan kepemimpinan yang penuh kasih dan kerendahan hati. Ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai kalangan, lintas agama, dan negara, mencerminkan pengaruh besar Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.
Mengutip Vatican News, pemakaman Paus Fransiskus akan berlangsung pada Sabtu, 26 April 2025, pukul 10.00 waktu setempat, di Basilika Santa Maria Mayor, sesuai dengan keinginan almarhum. Prosesi ini diperkirakan akan dihadiri ribuan umat dan tokoh dunia. Sementara itu, konklaf, proses pemilihan Paus baru, dijadwalkan berlangsung 15 hingga 20 hari setelah wafatnya Paus, sebagaimana dijelaskan dalam laporan NPR. Pemilihan ini akan dilakukan secara tertutup oleh para kardinal di Kota Vatikan.
Konklaf adalah tradisi kuno Gereja Katolik untuk memilih Paus baru. Dalam proses ini, kardinal dari seluruh dunia yang berusia di bawah 80 tahun berkumpul di Kapel Sistine, Vatikan. Pada konklaf terakhir tahun 2013, sebanyak 115 kardinal hadir untuk memilih Paus Fransiskus. “Konklaf berlangsung dengan penuh kekhidmatan dan kerahasiaan,” tulis DetikNews dalam laporan sebelumnya. Para kardinal mengenakan jubah merah dan terisolasi dari dunia luar untuk menjaga integritas pemilihan.
Persiapan konklaf dilakukan dengan ketat. Kapel Sistine dilengkapi cerobong asap khusus dan dibersihkan dari segala bentuk komunikasi modern, seperti telepon, sinyal ponsel, dan internet. Garda Swiss memastikan tidak ada pihak luar yang dapat mengganggu proses. “Para kardinal boleh berinteraksi satu sama lain, tapi nggak boleh membahas apa pun yang berkaitan dengan calon kandidat pilihan mereka,” demikian tradisi yang berlaku.
Pemilihan Paus dilakukan melalui voting rahasia. Setiap kardinal menerima kertas suara bertuliskan kalimat Latin, “Eligo in Sumum Pontificem Meum” (Saya memilih Pemimpin Tertinggiku). Kertas suara dimasukkan ke dalam piala, dihitung, dan hasilnya diumumkan. Calon Paus harus memperoleh minimal dua per tiga suara. Jika terpilih, kandidat akan ditanya dua hal: kesediaannya menjadi Paus dan nama yang akan digunakan. Jika belum ada yang mencapai jumlah suara tersebut, pemilihan diulang hingga maksimal 30 putaran. Jika masih gagal, dua kandidat dengan suara terbanyak akan dipilih, tetapi mereka kehilangan hak suara.
Salah satu ciri khas konklaf adalah asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistine. Kertas suara dibakar dengan campuran kimia khusus setelah setiap putaran. Asap hitam menandakan belum ada Paus terpilih, sedangkan asap putih, diiringi lonceng gereja, mengumumkan kelahiran Paus baru. Pengumuman resmi dilakukan oleh kardinal diakon dari balkon Basilika Santo Petrus dengan kalimat Latin, “Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus Papam” (Saya mengumumkan kepada kalian sebuah kegembiraan besar. Kita mempunyai seorang Paus).
Pasca-wafatnya Paus Fransiskus, spekulasi mengenai kandidat Paus baru mulai muncul. Beberapa nama yang disebut-sebut sebagai calon kuat antara lain Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Peter Turkson dari Ghana, Kardinal Peter Erdo dari Hungaria, dan Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan. Meski demikian, konklaf dikenal penuh kejutan, dan hasilnya sulit diprediksi.
Kepergian Paus Fransiskus menandai akhir era kepemimpinan yang inklusif dan humanis. Dunia kini menanti konklaf yang akan menentukan arah baru Gereja Katolik di masa depan. []
Redaksi03