MARTAPURA – Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Banjar membuat para pembudi daya ikan merasa cemas, terutama pasca terjadinya bencana banjir besar pada awal tahun 2021 yang merusak banyak usaha budidaya ikan.
Para peternak ikan di daerah ini kini lebih berhati-hati dan memastikan keramba mereka tetap aman dari ancaman banjir yang mendadak.
Iwan, seorang pembudi daya ikan keramba di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, menjadi salah satu yang aktif memantau kondisi debit air Sungai Riam Kanan. Sebagai pemilik 50 unit keramba jala apung, ia sangat khawatir jika debit air sungai meningkat secara tiba-tiba, yang bisa mengakibatkan keramba-keramba tersebut hanyut terbawa arus.
Oleh karena itu, Iwan memastikan tambatan keramba jala apungnya telah diperkuat untuk mengurangi risiko kerugian besar.
“Tambatan keramba sudah kami perkuat agar tidak terbawa arus jika debit air Sungai Riam mendadak naik,” kata Iwan, Jumat (24/01/2025), di Martapura.
Ia menjelaskan, selain memperkuat tambatan, ia juga rajin mengikuti perkembangan informasi terkait cuaca dan ketinggian air di Waduk Riam Kanan. Biasanya, informasi tersebut diumumkan melalui media sosial, radio, dan papan informasi desa yang berfungsi sebagai sumber informasi penting bagi pembudi daya ikan.
Meskipun sering diguyur hujan deras, kondisi Sungai Riam Kanan masih terpantau dalam kategori aman. “Hingga kini, belum ada peringatan bahaya dari petugas PLTA setempat. Informasi yang kami terima masih normal, meskipun ada kenaikan sedikit pada kedalaman sungai,” ujar Iwan.
Kondisi cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi usaha budidaya ikan ini juga menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar.
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Banjar, melalui Kepala DKPP Sipliansyah, mengingatkan kepada para pembudi daya ikan untuk lebih waspada agar keramba jaring apung tidak terseret arus deras. Tidak hanya itu, cuaca ekstrem juga dapat mengancam pembudi daya ikan yang mengelola kolam.
“Cuaca yang buruk ini menjadi tantangan besar, baik bagi yang mengelola keramba jaring apung maupun kolam. Kami mengingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama dalam menjaga ikan agar tidak lepas ketika debit air mulai naik,” ujar Sipliansyah.
Kepala Bidang Perikanan Budi Daya DKPP Banjar, Bandi Chairullah, menambahkan pentingnya untuk secara rutin memeriksa kualitas air, seperti kadar pH, oksigen terlarut (DO), dan suhu air.
Hal ini diperlukan untuk mendeteksi jika terjadi pencemaran akibat limpasan air hujan.
“Pemeriksaan rutin terhadap kualitas air sangat penting, agar kita bisa mengetahui lebih awal apabila ada tanda-tanda pencemaran atau perubahan kondisi yang bisa berdampak buruk bagi ikan,” jelas Bandi.
Selain itu, Bandi juga meminta pembudi daya ikan untuk memberikan pakan secukupnya dan segera berkonsultasi dengan petugas jika ikan menunjukkan gejala stres atau terkena penyakit.
Para peternak juga diminta untuk terus memantau informasi cuaca agar dapat mengambil langkah-langkah antisipasi yang lebih dini.
“Kami berharap para pembudi daya ikan dapat meminimalkan dampak buruk dari tingginya curah hujan, sehingga usaha budidaya ikan tetap berkelanjutan dan aman,” pungkasnya.
Dengan kewaspadaan yang lebih tinggi, diharapkan para pembudi daya ikan di Kabupaten Banjar dapat terhindar dari kerugian besar akibat cuaca ekstrem yang terjadi. []
Redaksi03