Ruqaya, Pelopor Atlet Berhijab di Olimpiade

MANAMAH – Kehadiran atlet perempuan berhijab kini sudah menjadi pemandangan yang lazim di berbagai ajang olahraga internasional, termasuk Olimpiade. Salah satu sosok yang paling berjasa dalam membuka jalan bagi atlet perempuan berhijab di Olimpiade adalah Ruqaya Al-Ghasra, seorang pelari asal Bahrain. Ruqaya menjadi pelopor atlet berhijab yang menunjukkan bahwa seorang wanita Muslim bisa berprestasi di dunia olahraga tanpa mengorbankan identitas agamanya.

Ruqaya Al-Ghasra, yang merupakan salah satu atlet wanita pertama dari Bahrain yang berlaga di Olimpiade, juga dikenal sebagai simbol penting bagi perempuan Muslim di seluruh dunia. Keberaniannya mengenakan hijab di arena internasional telah membawa dampak sosial yang signifikan, menginspirasi banyak wanita Muslim untuk ikut serta dalam olahraga tanpa merasa terhalang oleh tradisi atau agama mereka.

Karier olahraga Ruqaya dimulai pada usia muda. Sejak sekolah, dia sudah dikenal sebagai pelari tercepat. Bakatnya ditemukan oleh seorang pelatih yang kemudian membawanya bergabung dengan Bahrain Athletics Association pada tahun 2000. Meski saat itu tidak ada klub atletik untuk wanita di Bahrain, Ruqaya tetap melanjutkan pelatihan dengan dukungan penuh dari keluarganya, terutama sang ayah, yang merupakan mantan pemain sepak bola.

Perjuangan Ruqaya untuk membuktikan diri di dunia olahraga tak lepas dari tantangan besar. Kepercayaan masyarakat di desanya yang mengatakan bahwa perempuan Muslim tidak seharusnya berolahraga menjadi hambatan mental yang harus dihadapi. Namun, tekadnya yang kuat membuahkan hasil. Pada tahun 2003, ia meraih medali emas dalam Kejuaraan Atletik Arab di Lebanon untuk kategori 100 m dan 200 m, yang menandai awal dari perjalanan internasionalnya.

Keberhasilan terbesar Ruqaya terjadi pada Olimpiade Athena 2004, di mana ia menjadi wanita Muslim pertama dari negara Arab yang berpartisipasi. Meskipun tidak berhasil melaju ke babak berikutnya, pencapaiannya tetap menjadi simbol keberanian dan pembuktian bahwa etika agama dan olahraga bisa berjalan beriringan.

Di Asian Games 2006 di Doha, Ruqaya kembali menunjukkan kemampuannya dengan meraih medali perunggu di kategori 100 m dan medali emas di 200 m. Keberhasilannya ini menjadikannya sebagai atlet terkenal di Bahrain dan memberi inspirasi kepada banyak perempuan muda untuk mengejar karier di dunia olahraga.

Ruqaya sendiri menegaskan bahwa mengenakan hijab tidak menjadi hambatan baginya dalam berkompetisi. “Saya ingin menunjukkan bahwa memakai hijab tidak masalah dalam olahraga. Ini justru memotivasi saya untuk tampil lebih baik,” ujarnya.

Pada tahun 2009, Ruqaya memutuskan untuk pensiun dari kompetisi internasional. Meskipun demikian, warisannya sebagai pelopor atlet berhijab tetap hidup dan terus menginspirasi banyak perempuan Muslim untuk mengejar impian mereka. Di Bahrain, banyak perempuan muda yang kini lebih berani mengikuti jejaknya di dunia olahraga. Keberanian Ruqaya untuk tampil dengan hijab di panggung internasional telah membuka banyak pintu bagi generasi berikutnya.

Pelatih Ruqaya, Thagen, juga memberikan pujian kepada atletnya yang luar biasa. “Kemampuan fisiknya sangat jarang dimiliki oleh perempuan. Dalam waktu singkat, ia berhasil mencapai prestasi yang luar biasa,” kata Thagen.

Ruqaya Al-Ghasra bukan hanya seorang atlet, tetapi juga simbol perubahan sosial yang membuktikan bahwa dengan tekad dan dukungan, segala batasan dapat dilampaui. Warisan prestasi dan keberaniannya akan terus menginspirasi banyak wanita di seluruh dunia. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com