WASHINGTON – Serigala buas, atau yang dikenal dengan nama ilmiah dire wolf, pertama kali muncul sekitar 2,6 juta tahun lalu dan punah sekitar 10.000 hingga 13.000 tahun yang lalu. Namun, serigala yang telah lama dianggap punah ini kini kembali muncul, berkat upaya ilmuwan dari Colossal Biosciences, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Dallas.
Pada Selasa (08/04/2025), Colossal mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menggunakan teknologi kloning dan penyuntingan gen untuk menghasilkan tiga anak serigala buas. Anak-anak serigala tersebut terdiri dari dua jantan bernama Romulus dan Remus yang berusia enam bulan, serta satu betina bernama Khaleesi yang berusia dua bulan.
CEO Colossal, Ben Lamm, mengungkapkan bahwa tim mereka berhasil mengambil DNA dari gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak berusia 72.000 tahun, kemudian menggunakannya untuk menghasilkan anak-anak serigala yang sehat. “Dulu dikatakan, ‘teknologi yang cukup maju tidak dapat dibedakan dari keajaiban.’ Hari ini, tim kami dapat mengungkap sebagian keajaiban yang sedang mereka kerjakan,” ujar Ben Lamm dalam pengumuman nya, yang dikutip dari Time.
Proses kloning ini melibatkan metode yang telah digunakan sebelumnya, seperti yang dilakukan untuk kloning domba Dolly pada 1996. Dalam kloning tradisional, sel dari hewan yang ingin dikloning diambil dan inti selnya dipindahkan ke sel telur yang telah dikosongkan. Selanjutnya, embrio yang terbentuk dipindahkan ke rahim ibu pengganti untuk berkembang. Namun, dalam kasus serigala buas, Colossal Biosciences mengadopsi pendekatan yang lebih kompleks. Mereka memulai dengan menganalisis genom serigala buas yang terkandung dalam gigi dan tengkorak purba.
Setelah menganalisis genom tersebut dan membandingkannya dengan genom serigala abu-abu, kerabat terdekat yang masih ada, mereka mengidentifikasi 20 perbedaan dalam 14 gen yang mempengaruhi ciri khas serigala buas, seperti ukuran tubuh yang lebih besar, bulu putih, serta bentuk kepala dan gigi yang lebih besar. Untuk menghasilkan kembali serigala buas, para ilmuwan kemudian mengedit 14 gen dalam sel progenitor dari serigala abu-abu agar dapat mengekspresikan sifat-sifat tersebut.
Proses ini memerlukan kehati-hatian karena pengeditan gen dapat memengaruhi banyak sifat sekaligus, yang bisa memiliki dampak negatif. Oleh karena itu, Colossal juga harus merekayasa gen untuk mencegah potensi efek samping seperti ketulian atau kebutaan pada serigala abu-abu yang telah diedit.
Setelah melalui berbagai tahap pengeditan genetik dan pemindahan embrio, akhirnya, pada 65 hari kehamilan, lahirlah Romulus dan Remus. Proses ini kemudian diulang beberapa bulan kemudian, dengan ibu pengganti ketiga, untuk melahirkan Khaleesi.
Selain proyek kebangkitan serigala buas, Colossal juga tengah mengerjakan proyek serupa untuk membangkitkan mamut berbulu, yang diperkirakan akan selesai pada 2028. Dengan menggunakan teknologi pengeditan gen pada gajah Asia, Colossal berharap dapat membawa kembali mamut yang telah punah sejak zaman es.
Perusahaan ini juga terlibat dalam upaya untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah, dengan mengedit keragaman genetik pada populasi hewan yang mengalami kemacetan genetik, seperti burung dara merah muda yang hampir punah.
Teknologi ini, meskipun mengundang kontroversi, menawarkan harapan baru bagi konservasi spesies dan mungkin membuka jalan bagi upaya penyelamatan lebih banyak spesies yang terancam punah di masa depan. []
Redaksi03