BENUA Etam kini menjadi sorotan nasional karena keberadaannya sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), menyimpan potensi besar dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf). Dengan kekayaan alam, budaya, dan tradisi yang melimpah, Kaltim memiliki peluang besar untuk menjadi pusat destinasi wisata baru sekaligus penggerak ekonomi kreatif. Namun, berbagai tantangan juga harus dihadapi untuk mengoptimalkan potensi tersebut.
Pembangunan IKN menjadi peluang strategis untuk mempercepat pengembangan parekraf di Kaltim. Kehadiran IKN diperkirakan akan mendatangkan ribuan pekerja, pejabat, dan wisatawan yang secara tidak langsung dapat mendorong sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemerintah daerah telah menyiapkan berbagai program untuk mendukung hal ini, termasuk peningkatan promosi wisata dan pelatihan bagi pelaku ekonomi kreatif. Selain itu, konsep pembangunan IKN yang berbasis hijau dan berkelanjutan sejalan dengan tren pariwisata global. Wisatawan kini lebih tertarik pada destinasi yang menawarkan pengalaman ekologis dan autentik, dan Kaltim memiliki semua itu.
Meski memiliki potensi besar, salah satu kendala utama dalam pengembangan parekraf di Kaltim adalah infrastruktur yang masih belum memadai. Banyak destinasi wisata yang sulit dijangkau karena keterbatasan jalan, transportasi publik, dan fasilitas penunjang lainnya. Misalnya, perjalanan menuju Pulau Derawan yang membutuhkan kombinasi perjalanan darat, laut, dan udara, sering kali menjadi tantangan bagi wisatawan.
Pemerintah pusat dan daerah telah berkomitmen untuk memperbaiki infrastruktur di Kaltim. Beberapa proyek besar, seperti pembangunan bandara baru di Berau dan perbaikan jalan menuju kawasan wisata, sedang dalam proses pengerjaan. Namun, proyek-proyek ini membutuhkan waktu yang tidak singkat dan investasi yang besar.
Tantangan lain dalam pengembangan parekraf di Kaltim adalah minimnya promosi yang efektif. Hingga kini, banyak destinasi wisata di Kaltim yang belum dikenal secara luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini diperparah dengan kurangnya penggunaan platform digital untuk mempromosikan destinasi dan produk lokal.
Digitalisasi juga penting untuk mempermudah akses wisatawan, seperti penyediaan layanan pemesanan tiket, informasi destinasi, hingga sistem pembayaran yang terintegrasi. Langkah ini akan membuat pengalaman wisata di Kaltim lebih nyaman dan menarik.
Selain pengembangan infrastruktur dan promosi, tantangan besar lainnya adalah penguatan sumber daya manusia (SDM) dan produk ekonomi kreatif. Banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor parekraf yang masih belum memiliki akses terhadap pelatihan dan pendanaan. Hal ini menyebabkan produk lokal sulit bersaing di pasar yang lebih luas.
Produk ekonomi kreatif, seperti kerajinan tangan, kuliner, dan seni pertunjukan, memiliki potensi besar untuk menarik minat wisatawan. Namun, tanpa dukungan yang memadai, potensi ini sulit untuk berkembang. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan komunitas lokal menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.
Pembangunan sektor parekraf di Kaltim juga tidak lepas dari isu keberlanjutan lingkungan. Sebagai salah satu wilayah dengan hutan tropis yang luas, Kaltim menghadapi risiko kerusakan lingkungan akibat aktivitas pembangunan yang tidak terkontrol. Padahal, keindahan alam menjadi salah satu daya tarik utama wisatawan.
Upaya pelestarian lingkungan, seperti reboisasi dan pengelolaan limbah, perlu menjadi bagian dari strategi pengembangan parekraf. Selain itu, edukasi kepada masyarakat lokal dan pelaku usaha juga penting untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada, pengembangan parekraf di Kaltim membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi sektor ini. Jika dikelola dengan baik, parekraf di Kaltim tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kekayaan budaya dan lingkungan untuk generasi mendatang.
Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, Kaltim memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri parekraf nasional, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah dinamika pembangunan IKN.
Peluang itu, pertama, terjadinya percepatan peningkatan infrastruktur dengan pembangunan IKN, infrastruktur seperti jalan, bandara, dan pelabuhan di Kaltim akan semakin modern dan terintegrasi. Ini akan memudahkan wisatawan mengakses lokasi-lokasi wisata yang sebelumnya sulit dijangkau.
Kedua, promosi wisata berkelanjutan Kaltim dapat mengembangkan konsep pariwisata berbasis alam dan budaya yang berkelanjutan. Hal ini akan menarik wisatawan yang peduli terhadap isu lingkungan dan budaya lokal.
Ketiga, Kolaborasi dengan Pelaku Industri Kreatif Pemindahan IKN akan mempertemukan banyak pelaku usaha dan kreator. Kolaborasi antara pengusaha lokal dan nasional bisa mendorong inovasi di bidang ekonomi kreatif.
Keempat, dukungan pemerintah pemerintah pusat dan daerah semakin fokus pada pengembangan Parekraf sebagai salah satu prioritas nasional. Program pelatihan, bantuan dana, dan promosi aktif diharapkan mampu membantu pelaku usaha di Kaltim berkembang.
Meski memiliki peluang besar, sektor Parekraf di Kaltim juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang harus diatasi agar bisa berkembang optimal. Pertama, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Terampil Salah satu masalah utama adalah kurangnya tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus di bidang Parekraf. Pelaku usaha seringkali kesulitan mendapatkan karyawan yang memahami manajemen pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kedua, minimnya promosi digital era digital menuntut strategi pemasaran yang efektif melalui media sosial dan platform digital lainnya. Sayangnya, banyak destinasi wisata di Kaltim yang belum memiliki promosi yang memadai secara online.
Ketiga, Tantangan Lingkungan Kaltim juga dihadapkan pada tantangan menjaga kelestarian alam di tengah maraknya pembangunan. Jika tidak dikelola dengan bijak, pembangunan dapat merusak lingkungan dan mengurangi daya tarik wisata alam.
Keempat, Ketergantungan pada Sumber Daya Alam Kaltim selama ini dikenal sebagai daerah tambang, dan diversifikasi ekonomi masih menjadi tantangan besar. Pengembangan Parekraf harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap sektor tambang.
Kelima, Kurangnya Kesadaran Masyarakat Tidak semua masyarakat memahami pentingnya sektor Parekraf untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Diperlukan edukasi yang intensif agar masyarakat turut berperan aktif dalam pengembangan sektor ini.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Adapun langkah strategisnya, pertama, peningkatan kapasitas SDM pemerintah dan institusi pendidikan perlu menyediakan pelatihan dan pendidikan vokasi yang fokus pada sektor Parekraf. Dengan demikian, tenaga kerja lokal dapat lebih kompeten dan siap bersaing.
Kedua, Digitalisasi Promosi Promosi wisata melalui media sosial, website resmi, dan platform e-commerce harus menjadi prioritas. Pelaku usaha juga perlu diedukasi tentang pentingnya pemasaran digital. Ketiga, Penerapan Konsep Pariwisata Berkelanjutan Regulasi yang mendukung pelestarian lingkungan harus ditegakkan. Selain itu, pelaku usaha pariwisata juga harus diedukasi tentang praktik bisnis yang ramah lingkungan.
Keempat, diversifikasi produk kreatif pelaku usaha perlu didorong untuk menciptakan produk yang inovatif dan berbasis pada kearifan lokal. Ini akan meningkatkan daya tarik produk mereka di pasar nasional maupun internasional. Kelima, Keterlibatan Masyarakat Lokal Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam pengembangan sektor Parekraf, baik melalui pelatihan, program kerja sama, maupun pemberdayaan komunitas.
Dinas Pariwisata (Dispar), melalui Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, mengungkapkan bahwa tantangan dan peluang ekonomi kreatif di Bumi Etam. Hasil rumusan ini akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan pembangunan jangka menengah untuk lima tahun ke depan.
Awang Khalik menjelaskan, tantangan pengembangan ekonomi kreatif di Kalimantan Timur yang masih belum memenuhi harapan. “Pertama, daya saing produk kita masih rendah. Proses produksi belum efisien, ditambah lagi dengan biaya produksi yang tinggi,” ungkap Awang Khalik, Senin (28/10/2024).
Awang, sapaannya, juga menyebutkan bahwa pemanfaatan peluang ekspor langsung dari Kalimantan Timur masih kurang optimal, terutama melalui Pelabuhan Teluk Balikpapan sebagai pelabuhan ekspor. “Eksportir belum sepenuhnya memanfaatkan peluang ini,” tuturnya.
Selain itu, ia menyoroti keberadaan UMKM di Kalimantan Timur yang dinilai fluktuatif. Banyak penggiat UMKM yang belum memiliki permodalan yang stabil, sehingga terkendala dalam mengakses pasar. “Kapasitas dan kompetensi pelaku ekraf dalam mengembangkan usahanya juga masih perlu ditingkatkan. Namun, kami terus berupaya memfasilitasi mereka melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, pameran, festival kebudayaan, dan sebagainya,” tambah Awang.
Di sisi lain, Awang juga menjelaskan peluang ekonomi kreatif di Kalimantan Timur. Menurutnya, kehadiran IKN akan berdampak signifikan terhadap perkembangan ekraf di Bumi Etam. “Dengan adanya IKN, perekonomian akan lebih terdiversifikasi ke arah sektor yang lebih padat karya, sehingga mampu mengurangi kesenjangan antar kelompok. Outputnya nanti juga akan mengarah pada sektor jasa yang banyak mencakup ekonomi kreatif,” jelasnya.
Awang memperkirakan bahwa penggiat ekonomi kreatif di Kalimantan Timur akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan seiring pembangunan IKN, baik yang berbasis komunitas, rintisan usaha, maupun kegiatan usaha yang sudah berjalan.
Perkembangan ekraf di Kaltim, lanjut dia, telah melahirkan beberapa himpunan dan komunitas, seperti Gerakan Ekonomi Kreatif (GEKRAF), Komite Ekonomi Kreatif Kukar, Komite Ekonomi Kreatif Balikpapan, Komunitas Kopi, Komunitas Musik, hingga Himpunan Pengusaha Event Kreatif (HIEKRAF). []
Penulis: Putri Aulia Maharani