Terima Kasih, Shin Tae Yong

BERAKHIR sudah kisah kebersamaan Timnas Garuda bersama sang pelatih Shin Tae Yong (STY). Juru taktik asal Korea Selatan itu saat ini telah memasuki tahun kelima mendampingi Timnas. Tapi nampaknya harus menjadi awal tahun yang tidak menyenangkan, karena pada, Senin (06/01/2025), pssi membuat keputusan yang mengejutkan dengan memecat STY sebagai pelatih. Bagi saya, ini merupakan “Kisah Sedih di Hari Senin” yang sulit diterima.

Rasa kecewa pasti menghantui setiap penggemar sepak bola Indonesia. Saya pun memilih menulis “pssi” dengan huruf kecil sebagai bentuk protes terhadap keputusan yang dinilai terlalu terburu-buru ini, apalagi di tengah perjalanan yang belum selesai.

Saat ini, Timnas Indonesia tengah berada di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, sebuah momentum yang sangat krusial. Timnas kita bahkan berpotensi untuk lolos langsung ke putaran final Piala Dunia tersebut. Sebuah kesempatan langka yang telah terbuka di depan mata, hanya tinggal selangkah lagi. Perjuangan panjang dan melelahkan dalam kualifikasi yang telah dilalui bersama dengan sang pelatih kini terasa sia-sia setelah keputusan yang mengecewakan ini.

Keputusan untuk memecat Shin Tae Yong di tengah jalan menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa harus di saat-saat krusial seperti ini, saat harapan dan impian para pemain serta penggemar Indonesia hampir menjadi kenyataan?

Ibaratnya hanya tinggal selangkah lagi mimpi panjang itu akan menjadi nyata. Perjuangan panjang selama kualifikasi yang melelahkan telah dilalui bersama dengan menyisakan empat pertandingan.

Di era pelatih STY, Timnas kita begitu dicintai dan dibangga-banggakan oleh jutaan suporter yang memang benar-benar gila bola. Teriakan STY… STY… STY… selalu menggema usai Timnas berlaga. Tidak peduli kalah atau menang, mereka selalu melakukan tradisi itu secara bersama. Teriakan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sang pelatih.

Dalam sejarah panjang Timnas Indonesia, belum pernah kita temui pelatih yang begitu dicintai oleh para penggemar sepak bola tanah air seperti Shin Tae Yong (STY). Selama lima tahun, STY telah mendedikasikan dirinya untuk melatih Timnas Indonesia. Dia berhasil membangun dasar yang kokoh dalam sepak bola Indonesia dengan menanamkan disiplin, semangat juang, rasa percaya diri, sikap pantang menyerah, serta mental yang tangguh pada setiap pemain.

Demikian pula untuk pencapaian ranking fifa. Timnas Indonesia telah melompat jauh, dari ranking 173 awal STY melatih kini naik signifikan ke ranking 134 dunia. Peningkatan yang mengesankan yang belum pernah dicapai Timnas selama ini. Bahkan, prestasi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan peningkatan ranking tertinggi saat ini.

Di bawah kepelatihan Shin Tae Yong (STY), lagu “Tanah Air” yang diciptakan oleh Ibu Sud menjadi lagu yang selalu dinyanyikan oleh para suporter setelah pertandingan kandang Timnas Indonesia. Lagu ini selalu menggema dengan suasana yang khidmat, dinyanyikan secara spontan oleh para suporter sebelum meninggalkan stadion, menambah kebanggaan dan semangat nasionalisme.

Memang harus diakui juga bahwa pencapaian prestasi Timnas yang tinggi saat ini juga tidak lepas dari peran pemain “naturalisasi”, terutama yang berasal dari Belanda. Dominasi pemain naturalisasi ini memang wajar mengingat mereka memiliki hubungan darah dengan Indonesia, baik melalui orang tua maupun kakek-nenek mereka yang pernah tinggal di Indonesia.

Sejarah panjang keberadaan bangsa Belanda di Indonesia menjadi faktor utama di balik fenomena ini. Meski awalnya sempat mendapat kritik, proyek naturalisasi kini telah diterima dengan baik oleh para pencinta sepak bola Indonesia.

pssi sepertinya tidak berhenti pada pencapaian ini. Mereka terus berupaya mencari pemain-pemain Grade A dari liga-liga utama Eropa, dengan tujuan utama untuk membawa Timnas Indonesia lolos ke putaran final Piala Dunia—sebuah pencapaian prestisius yang sangat diidamkan oleh seluruh pencinta sepak bola Tanah Air.

Tapi sepertinya, justru karena itu STY dicopot di tengah jalan. Nampaknya pssi sudah tidak sabar dengan situasi saat ini. Menyisakan empat laga yang sangat krusial lanjutan kualifikasi piala dunia adalah alasannya. pssi menilai STY sulit untuk memenuhi harapan Timnas akan lolos langsung atau lolos melalui putaran lanjutan kualifikasi piala dunia ini.

Alasan kendala bahasa, kultur atau budaya, dan strategi yang sering berubah-ubah yang membuat pssi mencari alternatif pelatih lain. Akhirnya pilihan itu sepertinya mengarah pelatih yang berasal dari Eropa, lebih khusus lagi dari Belanda.

Strategi yang dipilih untuk Timnas Indonesia saat ini dapat dianggap logis, mengingat dominasi pemain naturalisasi asal Belanda. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh pemain-pemain tersebut adalah bahasa Belanda, dan budaya mereka juga sangat berbau Belanda.

Dengan demikian, pelatih yang berasal dari Belanda tentu akan memudahkan komunikasi serta pengaturan strategi. Pelatih tersebut juga lebih memahami kultur pemain dan gaya permainan sepak bola mereka, begitu pula sebaliknya.

Meskipun belum ada pengumuman resmi, banyak yang memperkirakan bahwa pemilihan pelatih pengganti Shin Tae Yong (STY) akan didasarkan pada alasan tersebut. Salah satu kandidat yang kemungkinan besar akan dipilih adalah Patrick Kluivert.

Patrick Kluivert adalah pemain timnas Belanda tahun 1994-2008, berposisi sebagai striker. Pernah bermain di klub besar seperti Ajak, AC Milan, Barcelona, dan lain-lain. Pernah melatih beberapa negara dan klub namun sepertinya belum pernah menunjukkan prestasi yang menonjol.

Sebagai pemain memang harus diakui, Patrick mempunyai reputasi yang sangat baik. Terbukti telah bermain di beberapa klub besar Eropa dan Timnas Belanda. Namun, berprestasi sebagai pemain bukan jaminan dapat menjadi pelatih yang baik. Sementara dari pengalaman juga tidak ada catatan prestasi atau capaian yang menonjol sebagai pelatih. Saya pikir kemampuannya melatih boleh jadi tidak lebih baik dari STY.

Apalagi, pelatih baru ini harus melatih di tengah jalan, bukan sejak awal. Sepak bola adalah permainan tim yang melibatkan sebelas pemain di lapangan, dan mereka membutuhkan chemistry yang baik antara satu sama lain, termasuk dengan pelatih. Mampukah pelatih baru nanti membangun itu dalam waktu yang singkat?

Dalam sebuah tim sepak bola, dibutuhkan strategi yang baik baik di dalam maupun di luar lapangan, dan pssi telah memilih strategi ini. Tentunya, mereka berharap keputusan ini membawa keberuntungan, namun tak menutup kemungkinan justru buntung yang didapat.

Keputusan ini akan menentukan apakah Timnas Indonesia mampu melangkah ke Piala Dunia 2026 atau justru harus memulai perjuangan kembali dari awal untuk kualifikasi Piala Dunia 2030. Waktulah nanti yang akan membuktikannya.

Terima kasih STY, namun tidak untuk pssi. []
Penulis : Himawan Yokominarno

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com