TENGGARONG – Setelah bertahun-tahun beroperasi tanpa gedung tetap, Bank Sampah Melayu di Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, akhirnya akan segera memiliki fasilitas permanen. Pembangunan gedung baru yang diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara telah mencapai progres 80 persen. Lokasi gedung ini berada di bekas area Rumah Sakit Perkesit Lama, yang dinilai strategis untuk menjadi pusat pengelolaan sampah anorganik.
Lurah Melayu, Aditiya, mengungkapkan bahwa sejak berdiri pada 2017, Bank Sampah Melayu menghadapi tantangan besar karena tidak memiliki bangunan permanen. Hingga saat ini, kegiatan operasional masih menggunakan rumah dinas tentara yang dipinjamkan di depan kantor kelurahan.
“Sejak berdiri pada 2017, kami terkendala karena belum memiliki bangunan tetap. Sementara ini, kami masih meminjam bangunan rumah dinas tentara di depan kantor kelurahan. Alhamdulillah, sekarang DLHK membantu kami membangun gedung permanen, dan ini sangat kami nantikan,” ujar Aditiya kepada Beritaborneo.com di Kantor Lurah Melayu, Senin (2/12/2024).
Meski menghadapi keterbatasan infrastruktur, Bank Sampah Melayu tetap melayani masyarakat setiap Jumat pukul 14.00-17.00. Jenis sampah yang disetor sangat beragam, mulai dari botol plastik, besi rongsokan, hingga minyak jelantah.
“Rata-rata nasabah menyetorkan tiga hingga empat kilogram botol plastik setiap minggu. Sampah jenis kertas atau koran kini sudah jarang, jadi yang dominan adalah plastik dan besi bekas,” tambahnya.
Aditiya menekankan pentingnya menjaga semangat pengelolaan sampah, meskipun fasilitas masih terbatas. “Kami berusaha agar aktivitas tetap berjalan, meskipun harus berpindah-pindah lokasi. Harapannya, gedung baru ini menjadi solusi atas semua kendala operasional,” jelasnya.
Bank Sampah Melayu merupakan salah satu program unggulan Kelurahan Melayu yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. Selain membantu mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, program ini memberikan nilai ekonomi melalui pengelolaan sampah anorganik.
Dengan hampir rampungnya pembangunan gedung baru, Bank Sampah Melayu diharapkan dapat menjadi pusat edukasi lingkungan yang tidak hanya memberikan solusi teknis, tetapi juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan.[]
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Hadi Purnomo