PONTIANAK – Menjelang perayaan Idul Fitri, permintaan terhadap daging sapi biasanya meningkat tajam, yang seharusnya menjadi berkah bagi para pedagang dan peternak sapi. Namun, kondisi tersebut kini berbanding terbalik di Kalimantan Barat (Kalbar). Para pedagang dan peternak sapi justru mengeluhkan adanya peredaran daging sapi ilegal yang diperdagangkan dengan harga jauh di bawah harga pasar, sehingga menyebabkan kerugian bagi mereka.
Ketua Asosiasi Pedagang dan Peternak Sapi Kalimantan Barat, Syafi’i, mengungkapkan bahwa peredaran daging sapi ilegal ini mempengaruhi penjualan daging sapi segar dan hewan sapi di pasaran. “Harganya di bawah Rp 100.000, tentu sangat merugikan kami. Keberadaan daging sapi ilegal ini berdampak langsung pada penurunan penjualan daging sapi segar serta sapi dalam kondisi hidup di pasar,” ujarnya saat diwawancarai pada Kamis (27/03/2025) pagi.
Menurut Syafi’i, hal ini berdampak negatif pada pendapatan pedagang dan peternak sapi lokal. Bahkan, banyak peternak yang mulai mengurangi usaha mereka karena sapi yang sudah dipelihara dengan biaya besar tidak laku dijual. “Sekitar 20 persen peternak sapi yang tersisa di Kalbar terpaksa menghentikan kegiatan usaha mereka karena tidak mampu menutupi biaya perawatan hewan dan biaya lainnya. Jika ini terus dibiarkan, kami khawatir akan terjadi penurunan yang drastis dalam jumlah peternak sapi di Kalimantan Barat,” jelasnya.
Syafi’i juga menekankan bahwa keberadaan daging sapi ilegal ini berpotensi menimbulkan kekhawatiran terkait dengan kehalalan dan kualitas daging yang dijual di pasaran. Selain itu, adanya daging sapi ilegal juga berisiko terhadap kesehatan konsumen, karena tidak ada jaminan mengenai cara pengolahan dan distribusinya yang tidak terkontrol.
Pedagang dan peternak sapi di Kalbar pun berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap oknum-oknum yang mengedarkan daging sapi ilegal ini. Mereka mendesak agar penegakan hukum dilakukan agar tidak merugikan peternak dan pedagang sapi lokal, serta untuk melindungi masyarakat dari risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan.
“Saat ini kami hanya bisa berharap agar pemerintah segera menindaklanjuti masalah ini dengan langkah-langkah yang lebih serius. Kami tidak hanya membutuhkan solusi jangka pendek, tetapi juga perlindungan jangka panjang agar industri peternakan sapi lokal dapat bertahan dan berkembang,” tambah Syafi’i.
Terkait masalah ini, pemerintah setempat diminta untuk meningkatkan pengawasan terhadap peredaran daging sapi ilegal yang beredar di pasaran, agar para pedagang dan peternak sapi lokal bisa tetap memperoleh keuntungan yang adil dan konsumen bisa mendapatkan produk yang aman dan berkualitas. []
Redaksi03