MALINAU – Proses belajar mengajar di SDN 002 Malinau Kota kembali terhenti akibat banjir yang merendam lingkungan sekolah. Dalam lima bulan terakhir, ini merupakan ketiga kalinya sekolah tersebut mengalami banjir, bahkan dua kali di antaranya terjadi hanya dalam bulan Mei.
Kepala Sekolah SDN 002 Malinau Kota, Puspa Suryani, menyampaikan bahwa kondisi banjir kali ini sangat berdampak pada kegiatan pendidikan di sekolah. Ia mengungkapkan bahwa para siswa sudah tidak mengikuti kegiatan belajar selama hampir sepekan.
“Anak-anak sudah libur enam hari, mulai dari Senin minggu lalu sampai hari ini. Kasihan mereka tidak bisa sekolah, proses belajarnya jadi tidak aktif,” ujar Puspa, Senin (26/5).
Menurutnya, setiap kali banjir melanda, pihak sekolah tidak memiliki pilihan lain selain meliburkan aktivitas tatap muka demi menjamin keselamatan seluruh siswa. Aliran air yang deras di sekitar sekolah menjadi alasan utama kekhawatiran pihak sekolah.
“Air di belakang sekolah deras sekali, kita khawatir anak-anak bisa terbawa arus. Makanya pasti libur,” jelasnya.
Sebagai langkah darurat, kegiatan belajar sementara dialihkan ke metode Belajar Dari Rumah (BDR). Sistem ini dijalankan atas arahan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Malinau. Para guru memanfaatkan aplikasi WhatsApp sebagai sarana komunikasi utama untuk menyampaikan materi dan tugas kepada siswa.
“Kita pakai WA saja, kirim tugas biar anak-anak tetap belajar di rumah,” tambahnya. Ia menyadari metode ini jauh dari ideal, namun tetap menjadi pilihan paling memungkinkan di tengah situasi darurat.
Di tengah kondisi sekolah yang masih tergenang, para guru tetap menjalankan tugas dengan datang ke sekolah untuk membersihkan ruangan dan area yang terdampak. Kegiatan pembersihan ini dilakukan sembari menunggu air surut dan memastikan lingkungan sekolah kembali aman digunakan.
“Hari ini guru-guru bersih-bersih. Ya inilah yang bisa kami lakukan sambil menunggu air surut,” tutup Puspa.
Peristiwa ini menjadi catatan serius mengenai kerentanan infrastruktur pendidikan terhadap bencana alam di wilayah tersebut. Banjir berulang yang mengganggu kegiatan sekolah sepatutnya menjadi perhatian pemerintah daerah agar solusi jangka panjang segera dirumuskan, baik dalam bentuk perbaikan sistem drainase maupun perlindungan lingkungan di sekitar sekolah. []
Redaksi12