Iran Luncurkan Kapal Induk Drone, Strategi Asimetris Militer Lautan

IRAN – Iran memperkuat ambisi maritimnya dengan meluncurkan kapal induk drone Shahid Bagheri, yang menjadi aset strategis bagi negara tersebut. Kapal seberat 41.000 ton ini dilengkapi dengan teknologi mutakhir untuk memperluas jangkauan operasi militer secara lebih efisien pada Kamis (07/02/2025).

Selain berfungsi sebagai pangkalan bagi drone dan helikopter, kapal ini juga membawa persenjataan canggih, yang mencerminkan perubahan signifikan dalam postur pertahanan Iran di kawasannya.

Drone dan Helikopter: Mata dan Tangan Operasional

Shahid Bagheri mengoperasikan berbagai jenis drone, termasuk model Khakhir 313, yang dirancang untuk berbagai tugas mulai dari pengintaian hingga serangan terhadap target. Kapal ini juga dapat mengangkut helikopter seperti Mil Mi-17, Bell 412, dan Shahid 278 untuk mendukung misi udara.

Kombinasi kemampuan ini memungkinkan Iran untuk melaksanakan operasi multifungsi tanpa bergantung pada armada besar atau logistik konvensional yang memerlukan biaya tinggi.

Senjata Jarak Jauh dan Pertahanan Multilapis

Persenjataan kapal ini menjadi fokus utama perhatian. Shahid Bagheri dilengkapi dengan rudal jelajah berjangkauan jauh yang dapat menyerang target hingga 2.000 km, sistem pertahanan udara jarak pendek, serta meriam 30 mm dan senjata ACV 20 mm di bagian haluan.

Selain itu, platform peluncur udara antikapal yang dimilikinya semakin memperkuat kemampuan ofensif kapal ini dalam menghadapi ancaman di laut lepas.

Desain dan Mobilitas Strategis

Dengan kedalaman 11,7 meter dan kecepatan maksimum mencapai 22 knot (18 knot dalam mode ekonomis), kapal ini dirancang untuk melakukan operasi jangka panjang di wilayah yang luas, seperti Teluk Persia, Teluk Oman, Laut Arab, hingga Samudra India.

Jangkauan operasional yang luas ini memberi Iran kesempatan untuk memperluas pengaruh maritimnya jauh melampaui perairan yang biasa dijangkau.

Strategi Asimetris: Jawaban atas Keterbatasan Armada

Ketika negara-negara seperti AS mengandalkan armada kapal induk konvensional, Iran memilih pendekatan asimetris dengan memaksimalkan drone, rudal, dan kapal serang cepat. Metode ini memungkinkan Teheran menciptakan deterrence tanpa mengeluarkan biaya tinggi.

“Dengan sumber daya terbatas, kami fokus pada teknologi yang memberikan efek psikologis dan taktis signifikan,” jelas seorang analis militer Tehran.

Dampak pada Keamanan Regional

Keberadaan Shahid Bagheri berpotensi mengubah dinamika keamanan di Timur Tengah. Kapal ini tidak hanya menjadi simbol kemandirian teknologi Iran, tetapi juga alat untuk menekan rival seperti Arab Saudi dan Israel. Klaim Teheran bahwa kapal ini “mendukung keamanan regional” ditanggapi skeptis oleh sejumlah negara Teluk yang menilai langkah ini sebagai eskalasi militer.

Masa Depan Perang Maritim

Peralihan Iran ke penggunaan drone dan persenjataan jarak jauh mencerminkan tren global dalam peperangan modern yang lebih menekankan pada presisi dan efisiensi biaya.

Meskipun kapal konvensional masih mendominasi, inovasi asimetris seperti Shahid Bagheri menunjukkan bahwa kekuatan maritim kini tidak hanya diukur dari ukuran armada, tetapi dari kemampuan beradaptasi dengan teknologi.

Dengan memaksimalkan kapasitas asimetris, Iran mampu memproyeksikan kekuatan tanpa harus terlibat dalam perlombaan senjata konvensional.

Namun, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait potensi destabilisasi di kawasan yang sudah rawan konflik. []

Penulis: Muhammad Yusuf | Penyunting: Nistia Endah Juniar Prawita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X