KUTAI KARTANEGARA – BEBERAPA waktu lalu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melakukan pengkajian minyak makan merah dari bahan sawit, bersama para pakar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mulawarman (LP2M Unmul).
Disperindag Kukar akan mulai mencoba memproduksi minyak makan merah sebagai alternatif minyak goreng yang biasa digunakan masyarakat. Minyak makan merah diklaim lebih sehat dibandingkan minyak goreng sawit biasa. Pasalnya, minyak makan merah merupakan produk minyak sawit mentah tanpa melalui proses penyulingan.
Sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan LP2M Unmul, terdapat tiga lokasi yang cocok di kawasan kukar untuk memulai proyek minyak makan. Kawasan pertama terdiri dari Kembang Janggut, Kenohan, dan Tabang. Kawasan kedua terdiri dari Sebulu, Muara Kaman, dan Kota Bangun. Kawasan ketiga terdiri dari Muara Muntai, dan Muara Wis.
Menurut Kepala Disperindag Kukar Arfan Boma Pratama, ketersediaan bahan baku yang mencukupi mendorong proyek tersebut untuk dilaksanakan. Area-area tersebut diteliti untuk menentukan lokasi terbaik dalam merealisasikan proyek minyak makan merah. Karena tahapan pertama proyek tersebut masih dalam skala kecil dan memiliki target produksi lima ton per jam, sehingga lahan yang disipakan tidak begitu besar.
“Kapasitas produksi yang diperkirakan sangat berlebihan, tidak semuanya akan diserap oleh pabrik minyak makan merah,” ucap Kadis yang akrab disapa Boma ini usai acara Expose Laporan Akhir Kajian Pengolahan Minyak Makan Merah Terintegrasian Turunannya Berbahan Baku Sawit di Kabupaten Kukar, di Ruang Rapat Gedung B Disperindag Kukar, Tenggarong, Jum’at (8/12/23).
Dia mengatakan dari ketiga kawasan tersebut, Kembang Janggut memiliki potensi yang signifikan untuk menjadi lokasi proyek minyak makan merah terintegrasi yang menggunakan bahan baku sawit.
“Kembang Janggut menonjol dengan produksi TBS sebanyak 100.000 ton per tahun, menjadikannya cluster pertama dalam produksi,” ungkapnya.
Selain itu, Boma juga mengatakan bahwa untuk menjaga stabilitas pasokan minyak makan merah, mereka akan mempelajari metode manajemen dengan koperasi dan Perusda, serta akan bekerja sama dengan masyarakat setempat. []
Penulis : Jemi Irlanda Haikal | Penyunting : Agus P Sarjono