JAWA TIMUR – Peristiwa hilangnya Kusnadi, mantan Ketua DPRD Jawa Timur sekaligus Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, membuka pertanyaan besar soal perlindungan dan pengawasan terhadap tokoh publik di level daerah. Diketahui Kusnadi hilang sejak Rabu (4/6/2025) dan baru ditemukan dalam kondisi linglung di Bangkalan, Madura, lima hari kemudian, Senin (9/6/2025).
Anak kedua Kusnadi, Teddy Kusdita Kunong, membenarkan bahwa ayahnya sempat dibawa oleh tiga orang tak dikenal dari peternakan ayam miliknya di Dusun Wonokayun, Desa Wonokarang, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. “Senin (2/6) itu memang ada orang itu yang lalu-lalang di depannya kandangnya bapak, di Balongnendo. Kayak baca situasi atau bagaimana gitu lo,” kata Teddy saat dikonfirmasi, Minggu (8/6/2025).
Keberadaan tokoh publik yang menetap tanpa pengawalan di lokasi terpencil seperti peternakan, menjadi titik rawan yang membuka potensi risiko. Sejak Desember 2023, Kusnadi diketahui tidak lagi tinggal di rumah pribadinya di Sidoarjo maupun Surabaya, melainkan memilih tinggal di peternakan tersebut.
Menurut Teddy, sehari sebelum hilangnya Kusnadi, seorang tamu menginap di peternakan dan menunjukkan keakraban dengan ayahnya. “Kemudian Selasa itu ada orang yang menginap, tapi tidak satu kamar dengan Bapak. Jadi dia itu tidur di depan, di kursi bambu gitu loh. Nah, memang orang ini itu, versi pegawai saya, itu dia itu kayak akrab gitu dengan Bapak,” ucapnya.
Pegawai yang melihat kejadian itu juga menyebut logat orang tersebut mirip dengan logat Madura. “Pegawai saya itu bilang bahwa itu orangnya itu ngomong sama bapak logat-logatnya orang logat Madura,” imbuh Teddy.
Keesokan harinya, Rabu (4/6) sekitar pukul 11.00 WIB, Kusnadi dibawa pergi oleh tiga orang dengan mengendarai mobil yang mesinnya sudah menyala. “Jadi ada tiga orang. Satu yang dekat sama bapak itu ngobrol, terus yang satu tunggu di tiang listrik, terus yang satunya di mobil, karena mobil dalam keadaan menyala,” jelas Teddy.
Meskipun sempat menjanjikan akan kembali pada malam hari, Kusnadi tidak pernah kembali ke peternakannya. Upaya menghubungi via telepon dan WhatsApp sempat berhasil tetapi tak mendapat respons, hingga akhirnya nomor tersebut tidak aktif. Teddy sempat mengira sang ayah tengah merajuk karena ia tidak bisa mengantar ke Blitar, tempat Kusnadi dijadwalkan menjadi pembicara. Namun, waktu terus berjalan tanpa kejelasan, hingga akhirnya adik Teddy melapor ke Polsek Balongbendo dengan Nomor STPLKO/02/VI/2025/SPKT/JATIM/SDA/BALBEN. “Pihak kepolisian mengabari bahwa terakhir posisi Bapak saya itu di Pamekasan, Madura,” ujarnya.
Hilangnya Kusnadi menimbulkan kekhawatiran bukan hanya bagi keluarga, tapi juga masyarakat yang menilai kasus ini mencerminkan lemahnya sistem keamanan pribadi bagi mantan pejabat publik. Kusnadi akhirnya ditemukan dalam kondisi linglung di kawasan Tanah Merah, Bangkalan, Madura, setelah keluarga menyebar informasi orang hilang di media sosial. “Bapak ditemukan orang di kawasan Tanah Merah, [Bangkalan] Madura, Mas,” ujar Teddy. “Bapak saya tanya darimana saja, bapak saya seperti orang linglung. Beliau bingung tiba-tiba kok ada di Madura, padahal rumah di Sidoarjo,” tambahnya.
Menurut warga setempat, Kusnadi diturunkan begitu saja dari sebuah mobil di pinggir jalan, lalu diamankan ke rumah warga. “Ditemukan di rumah warga di Madura, bukan keluarga ataupun teman. Dan menurut warga papa di-drop di jalan,” kata Teddy.
Meski tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau kehilangan barang, kondisi fisik Kusnadi terlihat memerah akibat penyakit autoimun dan kemungkinan lupa minum obat. “Gak ada luka. Hanya kulitnya makin memerah efek beliau lupa minum obat karena [sakit] autoimun nya saja,” jelas Teddy.
Pihak keluarga belum memutuskan apakah akan membawa peristiwa ini ke jalur hukum atau tidak. Mereka masih menunggu keputusan dari Kusnadi sendiri. “Terkait pelaporan ke polisi] pihak keluarga menunggu keputusan papa saja. Karena setau saya papa tidak ada masalah kesehatan mental hanya masalah kesehatan fisik saja,” pungkasnya. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi aparat dan publik bahwa keamanan pribadi, bahkan untuk tokoh politik yang sudah tidak aktif, tetap merupakan tanggung jawab bersama dan harus menjadi perhatian serius. []