Mengintip Kehebatan Drone Kamikaze Bawah Air Iran, Ancaman Baru di Lautan

JAKARTA – Iran secara resmi mengumumkan pengembangan drone kamikaze bawah air pertama mereka, sebuah inovasi yang dipandang sebagai terobosan besar dalam peperangan modern. Terobosan ini diperkirakan akan mengubah lanskap ancaman maritim dan memperkuat kemampuan militer asimetris negara tersebut.

Drone yang dilengkapi dengan teknologi siluman, kecerdasan buatan (AI), dan sistem penargetan presisi ini berpotensi mengganggu keseimbangan strategis di Teluk Persia serta perairan sekitarnya.

Menurut laporan resmi, drone kamikaze tersebut dapat diluncurkan dari bawah permukaan air, menciptakan tantangan baru bagi kapal militer maupun komersial. Berbeda dengan drone laut konvensional yang beroperasi di permukaan, varian bawah air ini memiliki kemampuan menyelam dan bersembunyi di kedalaman laut, sehingga sulit dideteksi oleh radar atau sonar.

Seorang analis pertahanan menjelaskan, “Kemampuannya yang muncul secara tiba-tiba dari bawah air meningkatkan potensi serangan mendadak, membuat upaya pencegahan menjadi sangat sulit.”

Ancaman baru ini memaksa angkatan laut dunia untuk meninjau ulang strategi pertahanan mereka, mengingat sistem pertahanan anti-drone tradisional dirancang untuk menghadapi serangan dari udara atau permukaan laut, bukan dari kedalaman laut.

“Bagaimana cara melawan ancaman yang tidak terlihat? Pertahanan permukaan atau udara saja tidak memadai,” ujar pakar keamanan maritim.

Inovasi ini memicu kebutuhan mendesak akan pengembangan teknologi deteksi bawah air yang lebih canggih, seperti sonar aktif dan sistem pemantauan secara real-time.

Salah satu faktor yang meningkatkan daya gempur drone ini adalah integrasi kecerdasan buatan (AI). Dengan AI, drone mampu melakukan navigasi otonom, mengidentifikasi target, dan menyesuaikan taktik secara mandiri tanpa campur tangan manusia.

Seorang sumber militer Iran menjelaskan, “Drone ini dapat menganalisis lingkungan pertempuran secara real-time, memilih rute yang optimal, dan menghindari sistem pertahanan lawan.”

Kemampuan ini membuka kemungkinan baru dalam peperangan bawah laut, di mana serangan presisi dapat dilakukan tanpa adanya peringatan sebelumnya.

Dampak strategis dari penemuan ini tidak hanya dirasakan oleh rival langsung Iran. Kehadiran drone kamikaze bawah air ini menyampaikan pesan jelas kepada kekuatan regional dan global, terutama di Teluk Persia, yang merupakan jalur distribusi minyak dunia yang sangat vital. Penggunaan drone ini di perairan yang disengketakan berpotensi meningkatkan ketegangan, terutama jika digunakan untuk menyerang kapal perang atau kapal komersial milik negara lain.

“Bayangkan jika AS atau sekutunya menjadi target. Ini bisa memicu konflik terbuka,” ungkap pengamat geopolitik.

Pertanyaan penting kini muncul: apakah sistem pertahanan konvensional masih relevan? Diperkirakan, angkatan laut global akan menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk riset pertahanan bawah air, termasuk pengembangan drone anti-drone dan jaringan sensor cerdas.

Langkah yang diambil oleh Iran ini juga semakin menegaskan perlombaan senjata asimetris di kawasan, di mana teknologi dengan biaya rendah dapat menyaingi kekuatan kapal induk atau kapal selam konvensional.

Dengan terus berkembangnya kompleksitas ancaman, dunia kini memasuki era di mana keunggulan militer tidak lagi diukur dari ukuran armada, tetapi dari inovasi teknologi dan kemampuan adaptasi taktis. Drone kamikaze bawah air Iran bukan sekadar senjata baru, tetapi juga menjadi simbol perubahan dalam peperangan abad ke-21. []

Penulis: Muhammad Yusuf | Penyunting: Nistia Endah Juniar Prawita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X