NUNUKAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem yang terjadi di Kalimantan Utara (Kaltara) saat ini disebabkan oleh peralihan musim pancaroba. BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan melakukan antisipasi dini terhadap dampak perubahan cuaca ini.
Pancaroba adalah fenomena peralihan cuaca yang terjadi di suatu wilayah, biasanya dari musim kemarau ke musim penghujan, atau sebaliknya. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban udara, yang pada gilirannya dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti flu, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan, hingga diare.
Kalimantan Utara kini tengah memasuki transisi dari musim hujan ke kemarau, yang memicu cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang. Meski secara umum wilayah Kaltara tidak mengenal musim secara spesifik, namun ada perbedaan yang terjadi di beberapa wilayah, seperti Nunukan, Sebatik, dan Tanjung Palas.
Diperkirakan, kemarau akan mulai terjadi pada dasarian kedua bulan Juni 2025. Namun, BMKG menegaskan bahwa di Kaltara tidak akan terjadi musim kemarau seperti yang dikenal di daerah lain, melainkan kemarau basah, yang berarti hujan masih tetap ada meskipun dalam intensitas yang lebih rendah.
Selain itu, musim pancaroba juga mempengaruhi kenaikan air laut yang dapat berpotensi menyebabkan banjir rob, terutama di saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Oleh karena itu, BMKG memperkirakan bahwa potensi kenaikan air laut akan mencapai puncaknya pada 27 Mei 2025. Masyarakat diminta untuk lebih berhati-hati dan melakukan persiapan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
BMKG menghimbau agar masyarakat terus memantau informasi terkini mengenai cuaca dan iklim melalui saluran resmi, guna memastikan keamanan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi. []
Redaksi11