PLTN Masuk RUPTL, Indonesia Bersiap Masuki Era Energi Nuklir

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi menetapkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025 hingga 2034. Proyek ini menjadi tonggak sejarah karena merupakan pembangunan PLTN pertama di Indonesia dengan total kapasitas 500 megawatt (MW) yang direncanakan akan dibangun di dua wilayah, yakni Sumatera dan Kalimantan.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa masing-masing lokasi akan mengoperasikan PLTN berkapasitas 250 MW. Ia menjelaskan bahwa proyek ini telah tercantum secara resmi dalam rencana nasional sektor ketenagalistrikan.

“Ini energi baru yang juga masuk ke dalam konsep RUKN dan RUPTL adalah nuklir. Nuklir ini sudah terstate di dalam RUPTL ada 2 lokasi sebesar 500 MW di 2 lokasi sistem gridnya kita sudah tentukan yaitu di sistem grid Kalimantan dan sistem grid Sumatera. Dua-duanya masing-masing 250 MW,” kata Eniya dalam acara Human Capital Summit (HCS) 2025, dikutip Kamis (05/06/2025).

Eniya menambahkan bahwa dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), pemerintah menargetkan kapasitas PLTN akan terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai 35 gigawatt (GW) pada tahun 2060. Jika nantinya PLTN yang dibangun berbasis daratan (land-based), maka diperlukan lebih dari 30 reaktor untuk memenuhi target tersebut.

“Jadi kalau kita bilang renewable energy, ini nuklir adalah salah satu solusi untuk baseload. Nah tetapi dari sini keputusan Pak Menteri sudah jelas nanti di tahun 2032 harus on grid sehingga sekarang kita sedang rush,” ujar Eniya.

Dalam waktu dekat, pemerintah juga berencana membentuk Badan Tenaga Nuklir RI atau NEPIO untuk mengelola pengembangan teknologi ini secara lebih terstruktur. Untuk itu, Eniya menyebutkan bahwa koordinasi sedang dijalin dengan berbagai lembaga negara seperti Sekretariat Negara dan Kementerian PAN-RB.

“Dan di sini tentu saja kita butuh SDM yang tahu tentang nuklir, tahu bagaimana mengoperasikannya, tahu masalah safety dan bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu itu harus kita prediksi. Nah namun sekarang ini semua dunia yang menerapkan PLT nuklir itu semua mengacu kepada standar di IAEA,” ujarnya.

Pernyataan ini menandai langkah serius pemerintah dalam menjajaki pemanfaatan energi nuklir sebagai salah satu solusi energi bersih yang berkelanjutan, sekaligus menjadi sinyal bahwa Indonesia tengah bersiap masuk ke era baru teknologi ketenagalistrikan. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X