JAKARTA – Stok beras Indonesia yang mencapai 4 juta ton menjadi tantangan besar bagi Perum Bulog, menurut pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori. Ia menyampaikan hal tersebut dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Minggu (1/6).
Khudori menjelaskan bahwa beras merupakan komoditas yang tidak tahan lama sehingga idealnya hanya disimpan selama empat bulan. Lebih dari itu, beras harus segera disalurkan agar tidak mengalami penurunan mutu bahkan kerusakan.
“Beras yang disimpan di gudang sebagai stok mati/stok statis memerlukan perawatan rutin. Kian lama penyimpanan, kian besar biaya perawatan. Ini akan membebani Bulog sebagai korporasi,” ujarnya.
Menurut Khudori, masalah utama yang harus dihadapi Bulog saat ini adalah bagaimana menyalurkan stok beras yang sangat besar tersebut dari gudang, mengingat usia simpan beras terus bertambah dan berpotensi menurunkan kualitasnya.
Khudori mengungkapkan bahwa saat ini terdapat ratusan ribu ton beras berusia antara 9 hingga 14 bulan dan puluhan ribu ton yang telah berusia lebih dari 14 bulan. Untuk menghindari susut volume hingga rusak, stok beras tersebut perlu segera didistribusikan.
Ia menambahkan, dengan total stok 4 juta ton, Bulog harus menyalurkan sekitar 2,8 juta ton agar pada akhir tahun 2025 sisa stok yang tersisa hanya 1,2 juta ton.
“Dengan sisa waktu penyaluran hanya tujuh bulan, Bulog harus menyalurkan setidaknya 400 ribu ton beras setiap bulan,” kata Khudori. Menurutnya, target tersebut merupakan tantangan besar mengingat sepanjang sejarah, Bulog jarang berhasil mencapai penyaluran 400 ribu ton per bulan melalui operasi pasar, bantuan sosial, dan mekanisme lainnya.
Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah pada 27 Maret 2025. Regulasi tersebut membuka akses outlet distribusi beras Bulog yang cukup luas, mulai dari Sistem Pengadaan dan Penyaluran Beras untuk Program Ketahanan Pangan (SPHP), bantuan pangan, penanggulangan bencana, distribusi untuk TNI/ASN/Polri, program Makan Bergizi Gratis, hingga cadangan beras pemerintah di tingkat daerah serta bantuan sosial.
Khudori menekankan bahwa regulasi tersebut perlu segera ditindaklanjuti dengan aturan pelaksana yang konkret oleh kementerian dan lembaga terkait agar penyaluran beras dalam jumlah besar dapat terlaksana dengan baik.
“Regulasi turunan itu guna memastikan ada outlet beras Bulog dalam jumlah besar, setidaknya 2,8 juta ton. Penyaluran ini sekaligus untuk meredam, syukur-syukur bisa menurunkan, harga beras (medium dan premium) yang sudah berbulan-bulan nangkring di atas HET,” tuturnya.
Menurut data terakhir pada 29 Mei 2025, stok beras di gudang Bulog telah menembus 4 juta ton. Dari jumlah tersebut, 2,4 juta ton merupakan hasil serapan gabah dan beras produksi dalam negeri, sementara sisanya berasal dari sisa stok akhir tahun lalu, yang mayoritas didapat dari impor. []
Redaksi11