Tingkat Pengangguran di Tanah Bumbu Masih Tinggi

BATULICIN – Kabupaten Tanah Bumbu, yang dikenal kaya akan sumber daya alam terutama batu bara, masih menghadapi tantangan besar dalam mengatasi angka pengangguran yang tinggi.

Setiap tahunnya, kabupaten ini selalu masuk dalam tiga besar daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi di Kalimantan Selatan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Tanah Bumbu tercatat mencapai 6,37 persen, menjadikannya sebagai daerah dengan pengangguran tertinggi kedua di Kalimantan Selatan, setelah Banjarmasin yang mencatatkan angka 6,56 persen.

Angka pengangguran di Tanah Bumbu sendiri tercatat konsisten berada di kisaran 6 persen sejak 2019, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata TPT Kalimantan Selatan yang berada pada angka 4 persen.

Hamzah (23), warga Kecamatan Satui, menjadi salah satu contoh nyata tantangan yang dihadapi oleh pencari kerja di Tanah Bumbu. Setelah menyelesaikan pendidikan di salah satu pondok pesantren pada pertengahan 2024, Hamzah yang hanya memiliki ijazah SMA, berusaha keras mencari pekerjaan di perusahaan formal.

Meski telah berbulan-bulan mencari, ia belum juga mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Hamzah saat ini hanya bekerja di toko milik keluarganya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Setiap hari saya cek iklan lowongan pekerjaan, tapi kayaknya belum rezeki,” ujar Hamzah dengan nada pasrah.

Menurutnya, salah satu kendala utama yang dihadapi oleh pencari kerja adalah terbatasnya kesempatan dan kurangnya koneksi untuk bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Ia berharap, pemerintah dan perusahaan bisa membuka lebih banyak peluang kerja, terutama bagi mereka yang masih minim pengalaman.

Isu tingginya pengangguran ini juga sempat dibahas dalam rapat kerja antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tanah Bumbu, Yayasan Pendidikan dan Pemberdayaan Insani (YPPI) Ar-Rasyid, serta Dinas Pendidikan. Rapat tersebut membahas pemberhentian tujuh guru di SMP IT di yayasan tersebut pada Selasa (07/01/2025).

Ketua Komisi II DPRD Tanah Bumbu, Andi Erwin Prasetya, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka pengangguran di daerah ini. Ia mencatat bahwa meski Tanah Bumbu menjadi salah satu tujuan utama investasi perusahaan, namun tingkat pengangguran tetap tinggi.

Realisasi penanaman modal di Tanah Bumbu pada Januari—September 2024 tercatat mencapai Rp3,7 triliun, yang menjadikannya sebagai daerah dengan investasi terbesar kedua di Kalimantan Selatan setelah Kabupaten Kotabaru.

“Jadi sebetulnya ada apa? Ini menjadi tugas kita bersama,” ujar Andi Erwin Prasetya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Tanah Bumbu, Kadri Mandar, menyebutkan bahwa ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan pemberi kerja menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran. Menurut Kadri, sebagian besar pengangguran di Tanah Bumbu berasal dari lulusan SMA dan pendatang luar daerah.

Kadri juga menjelaskan bahwa Disnakertrans Tanah Bumbu telah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan berbagai program pelatihan keterampilan.

Program pelatihan seperti menjahit, pangkas rambut, dan desain grafis telah dilaksanakan untuk membantu masyarakat memperoleh keterampilan yang dapat meningkatkan peluang kerja mereka. Pelatihan-pelatihan ini juga dilengkapi dengan pemantauan untuk memastikan bahwa peserta pelatihan dapat menerapkan keterampilan yang telah mereka peroleh, serta mengembangkan usaha mandiri apabila diperlukan.

“Pengangguran ini kan tanggung jawab bersama,” kata Kadri, berharap agar semua pihak dapat bekerja sama dalam mengurangi angka pengangguran di daerah ini. []

Redaksi03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X