Alquran dan Kebencian Absurd

Agus P Sarjono

AKSI penodaan Alquran kembali terjadi di Denmark pada Selasa, (25/7/2023) saat kelompok anti-Islam Patriot Denmark membakar kitab suci umat Muslim itu di depan kedutaan besar Mesir dan Turki di ibu kota Kopenhagen.

Ini merupakan pembakaran Alquran, setidaknya yang ketiga yang terjadi di Eropa dalam sebulan belakangan. Sehari sebelumnya, (24/7/2023), kelompok serupa juga melakukan aksi yang sama di depan kedutaan besar Irak.

Aksi penodaan Alquran kembali terjadi di luar Kedutaan Irak di Stockholm pada Kamis, 20 Juli, setelah diberikan izin oleh kepolisian Swedia. Dalam aksi itu, pengunjuk rasa anti-Islam menendang dan menghancurkan sebagian buku yang mereka katakan adalah Alquran, tetapi meninggalkan area tersebut setelah satu jam tanpa membakarnya.

Pada 28 Juni, Salwan Momika membakar salinan Alquran di depan Masjid di Stockholm Swedia. Aksi yang dilakukan pria asal Irak itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha yang dirayakan umat Muslim dunia.

Negara-negara Arab dan Muslim telah mengutuk keras aksi penodaan Alquran yang terus menerus terjadi di Eropa. Swedia dan Denmark mengizinkan aksi-aksi semacam itu digelar dengan alasan kebebasan berbicara.

Bagi umat Muslim, Alquran merupakan Kitab Petunjuk Ilahi yang diwahyukan bagi umat manusia. Kitab suci ini sebanding dengan Taurat orang Yahudi dan Injil orang Kristen, dalam konteks sesama wahyu Allah SWT, meski dua kitab terakhir terjadi penyimpangan.

Faktanya, umat Islam percaya Alquran melengkapi wahyu progresif dari Petunjuk Tuhan, yang diwahyukan melalui kitab suci sebelumnya. Bimbingan Ilahi yang diwujudkan dalam Alquran dan dalam kitab suci lainnya, dimaksudkan untuk membimbing orang-orang di sepanjang jalan yang lurus menuju Tuhan.

Umat Muslim yang membaca Alquran dengan pemahaman yang baik tidak akan membenci non-Muslim. Kebencian ini bukanlah ajaran Alquran dan tidak ada satu ayat pun di Alquran yang memerintahkan Muslim untuk membenci non-Muslim.

Karenanya, aksi-aksi pelecehan terhadap kitab suci umat Islam itu sangat absurd, konyol dan tidak jelas. Seperti alasan Salwan Momika, yang melakukan pembakaran Alquran di depan Central Mosque di Stockholm saat Hari Raya Iduldha, 28 Juni kemarin.

Imigran Kristen Irak itu mengaku membakar kitab suci umat Muslim untuk memprotes agama Islam. Aquran yang disebutnya sebagai sebuah buku kata dia, harus dilarang di dunia karena membahayakan demokrasi, etika, nilai-nilai kemanusiaan, hak asasi manusia dan hak-hak perempuan.

Sebuah tudingan absurd yang di luar nalar. Jelas Salwan Momika ini tidak memahami isi atau kandungan dalam Alquran. Sebab Alquran mengajarkan bahwa pembunuhan manusia terhadap manusia lain adalah kejahatan kemanusiaan. Hak-hak kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat juga diatur sedemikian rupa dalam Alquran.

Islam, melalui Alquran adalah ajaran yang lengkap dan sempurna. Segala permasalahan demi kemaslahatan manusia untuk kehidupan di dunia dan akhirat telah diuraikan secara utuh. Kesempurnaan syari’at Islam tersebut juga di dalamnya mencakup urusan manusia dalam mengatur hubungan dengan manusia lainnya atau negara dengan masyarakatnya.

Kesempurnaan yang bukan merupakan hasil dari kreasi manusia, melainkan sebuah kesempurnaan yang dibuat oleh Yang Maha Sempurna, Allah SWT. Semuanya itu mencakup kesesuaian dengan zaman, tempat ataupun keadaan.

Peran Islam sebagai sebuah agama yang dianut oleh banyak umat manusia bukan hanya terbatas pada aspek spritual. Akan tetapi juga menjadi aspek sosial-politik (kenegaraan) bagi perubahan sistem pemerintahan sebuah negara.

Dalam sejarah pun telah mencatatkan, bahwa Islam menjadi sendi asas perubahan masyarakat pada masa Jahiliyyah, zaman Khalifah ar-Rasyidin, dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyyah, Fathimiyyah atau masa Khalifah Islam Sholahuddin al-Ayyubi. Bahkan tidak cukup sampai di situ saja, perjuangan dan perubahan yang dibawa oleh Islam tersebut telah melintasi jazirah Arab, sampai ke Erofa, Afrika dan Asia.

Alquran juga membawa misi perdamaian bagi kemanusiaan universal tanpa membedakan suku, bangsa, agama atau yang lainnya dengan prinsip kasih sayang sesama. Begitu juga dengan misi Rasulullah saw. dalam menebar pesan-pesan perdamaian dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Ajaran kedamaian inipun dapat dibuktikan bagaimana Nabi Muhammad Saw., setelah perang tidak menghabisi seluruh musuh-musuhnya dan penduduk yang tidak bersalah. Sebaliknya, Rasulullah Saw., justru membangun dan memberikan kesejahteraan dalam rangka menegakkan keadilan bagi masyarakat, agar tercipta suasana kedamaian hingga mencapai kesuksesan bersama.

Inilah yang dinamakan Alquran bahwa Islam ada Rahmatan lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam. Tinggal bagaimana umatnya yang disebut sebagai sebaik-baiknya umat (Khaira Ummah) mengejawantahkan rahmatan lil alamin dalam kehidupannya. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun bangsa.

Jika itu mampu diterapkan, yakinlah tidak akan ada Salwan Momika ataupun pembenci Alquran lainnya di dunia ini. Namun jika dalam aplikasinya, kita belum menjadi khaira ummah, tentu bukan pesan Alquran yang salah, tapi cara memaknai dan beragama kita yang salah. Wallahu a’lam bishawab. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com