Peran Kita Terhadap Fenomena Alam

Agus P Sarjono

MEDIO Agustus hingga Oktober 2023 ini, diperkirakan menjadi puncak musim kemarau di Indonesia. Sejumlah daerah bahkan telah mengalaminya beberapa pekan belakangan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, puncak musim kemarau di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) bakal lebih kering dibanding sebelumnya. Hal tersebut menurut BMKG, dipicu oleh fenomena el nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang datang bersamaan.

El nino adalah pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal. Meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di beberapa wilayah, termasuk Indonesia. El Nino merupakan suatu fenomena atmosfer skala global yang dapat berdampak pada pengurangan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia.

Sementara IOD, merupakan fenomena osilasi (variasi periodik terhadap waktu dari suatu hasil pengukuran) suhu air permukaan laut yang tak teratur, sehingga menyebabkan wilayah barat Samudra Hindia lebih hangat, dan lebih dingin dibandingkan wilayah timur Samudra Hindia.

Baik el nino maupun IOD, keduanya merupakan gejala alam yang tak terelakkan. Dengan bantuan teknologi dan kearifan, manusia hanya bisa memprediksi dan mengurangi dampaknya. Kita mungkin bisa belajar dari fenomena serupa yang pernah terjadi beberapa tahun lalu, baik di tanah air maupun di negara lain.

Sebab kita tidak akan bisa melawan “kehendak” alam. Seperti di awal Juli kemarin, dicatat dalam sejarah sebagai pekan terpanas dalam kehidupan di bumi. Panasnya suhu bumi bahkan mengakibatlkan kebakaran di berbagai belahan dunia. Apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada.

Kita hanya bisa menghindari maupun mengantisipasi dampak yang ditimbulkan dari kenaikan suhu tersebut.

Polusi, perusakan hutan, penambangan ilegal memperburuk peningkatan suhu bumi yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Siapa yang harus disalahkan atas kondisi ini? Yah jelas saja manusia. Dengan segala keserakahannya, alam dibantai habis seolah-olah lupa bahwa tempat tinggal mereka adalah di bumi.

Kita tentu saja prihatin. Yang kita saksikan di Indonesia juga sangat membuat terenyuh. Indonesia yang selama ini terkenal sebagai paru-paru dunia tahun-tahun belakangan masif ditemukan penggundulan hutan besar-besaran untuk tambang. Jika dilihat dari udara, maka Kalimantan dan Sumatera sebagai andalan hutan Indonesia menampakkan potret gundul yang parah.

Meskipun penyumbang emisi terbesar di dunia masih dipegang oleh negara-negara maju, namun pemanasan global akan melanda seluruh dunia. Berdasarkan data 2021 China dan Amerika menjadi penyumbang terbesar gas emisi karbon dan Indonesia bahkan di urutan ke-11. Naiknya suhu bumi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan.

Situasi lingkungan saat ini memberikan alarm bagi kita semua. Alam yang seharusnya menjadi sumber kehidupan dan keindahan bagi manusia dan makhluk lainnya, kini semakin tercemar dan terancam oleh dampak negatif aktivitas manusia.

Keberlanjutan alam telah terancam oleh meningkatnya tingkat pencemaran di berbagai aspek lingkungan. Polusi udara dari kendaraan dan industri, pencemaran air oleh limbah industri dan domestik, serta peningkatan jumlah sampah plastik yang tidak terurai telah menciptakan bencana lingkungan global yang semakin parah.

Pencemaran alam tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan manusia dan hewan. Polusi udara dapat menyebabkan penyakit pernapasan dan kardiovaskular, sementara pencemaran air dapat menyebabkan keracunan dan menyebabkan penyebaran penyakit.

Selain itu, makhluk hidup di berbagai ekosistem terancam punah karena habitat mereka tercemar.
Pencemaran alam merupakan bagian dari krisis lingkungan yang lebih luas, termasuk perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca dari berbagai kegiatan manusia menyebabkan pemanasan global dan perubahan drastis pada cuaca dan lingkungan.

Bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai, dan kebakaran semakin sering terjadi, meningkatkan risiko kerugian manusia dan lingkungan. Karenanya, marilah mulai dari sekarang kita ramah kepada alam. Mencegah segala dampak yang bisa saja ditimbulkan dari rusaknya alam. Termasuk juga mewaspadai segala kemungkinan munculnya bencana. Ini harus dimulai dari diri kita sendiri. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com