KOTAWARINGIN TIMUR – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Sanggul Lumban Gaol menyatakan bahwa perayaan Cap Go Meh tahun ini merupakan momentum penting untuk mempererat persatuan dan kebersamaan di tengah keragaman yang ada di Kotim. Hal ini disampaikannya dalam acara perayaan Cap Go Meh yang berlangsung meriah pada Kamis malam di Sampit.
Menurut Sanggul, perayaan ini bukan hanya ajang untuk merayakan kebudayaan Tionghoa, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan antara berbagai suku, agama, dan etnis yang hidup berdampingan di Kotim.
“Malam ini kita bersuka ria bersama masyarakat Tionghoa dalam perayaan Cap Go Meh. Ini adalah ajang kebersamaan, memupuk silaturahim antar suku, etnis, budaya, dan agama,” ujar Sanggul.
Pada acara tersebut, terlihat jelas bagaimana berbagai perbedaan budaya dan agama dapat melebur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Yang hadir tidak hanya warga Tionghoa, tetapi juga masyarakat dari berbagai suku dan agama yang turut merayakan kebersamaan. Sanggul menambahkan bahwa keragaman budaya yang ada di Kotim adalah kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan.
“Keragaman ini
menjadi kekuatan kita dalam membangun daerah ini dengan lebih baik,” kata Sanggul.
Cap Go Meh, lanjutnya, adalah perayaan budaya yang sangat penting bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga bagi seluruh warga Kotim. Perayaan ini mencerminkan filosofi kehidupan yang penuh dengan harapan, keberuntungan, serta keharmonisan dalam hubungan antar sesama.
“Dengan keberagaman ini, kita bisa bersama-sama menjaga kerukunan dan melestarikan adat dan budaya yang ada,” imbuh Sanggul.
Ketua Perkumpulan Sosial Bakti Sampit, Budiman, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan bahwa perayaan Cap Go Meh secara massal telah menjadi agenda rutin mereka setiap tahun. Namun, selama enam tahun terakhir, acara ini tidak bisa digelar karena berbagai alasan, termasuk pandemi COVID-19 dan beberapa faktor lain.
“Selama enam tahun kami tidak merayakan Cap Go Meh seperti ini, karena pandemi dan juga banyak warga Tionghoa yang keluar kota. Namun, kami bersyukur tahun ini bisa kembali menggelar perayaan ini,” ujar Budiman.
Perayaan Cap Go Meh tahun ini diselenggarakan dengan persiapan yang cukup singkat, kurang dari dua minggu, namun tetap berlangsung meriah dan sukses dengan dihadiri lebih dari 2.000 peserta.
Selain anggota Perkumpulan Sosial Bakti, acara ini juga dihadiri oleh masyarakat Tionghoa serta tamu undangan dari berbagai kalangan.
Ketua Panitia Acara, Santojoanes (Eeng), menjelaskan bahwa Cap Go Meh bukan hanya dirayakan oleh umat agama tertentu, melainkan merupakan tradisi budaya yang dimulai pada abad ketujuh dan kini dirayakan secara internasional.
“Cap Go Meh lebih kepada budaya, dan siapa saja yang berasal dari etnis Tionghoa dapat ikut merayakannya,” jelas Eeng.
Dengan antusiasme yang tinggi dari berbagai lapisan masyarakat, perayaan Cap Go Meh di Kotim tahun ini semakin menegaskan pentingnya kerukunan dan kebersamaan dalam mempererat tali persaudaraan di tengah keragaman yang ada. []
Redaksi03