Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan
KYIV — Dunia jurnalisme kembali berduka. Antoni Lallican, jurnalis foto asal Prancis, tewas dalam serangan drone di Ukraina. Insiden mematikan ini bukan hanya merenggut nyawa seorang pewarta, tetapi juga menambah panjang daftar korban dari kalangan pers yang jatuh saat menjalankan tugas di garis depan perang.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan belasungkawa mendalam atas kematian Lallican. “Presiden Macron menyampaikan duka mendalam atas kejadian ini,” demikian pernyataan resmi yang dirilis oleh Istana Élysée, Minggu (05/10/2025).
Lallican diketahui sedang meliput situasi di wilayah konflik ketika serangan udara menghantam lokasi tempat ia berada. Ia termasuk di antara sedikit jurnalis foto yang tetap bertahan di medan tempur, berusaha mendokumentasikan realitas perang yang kerap disembunyikan dari pandangan dunia.
Kematian Lallican menyoroti kembali bahaya besar yang dihadapi para pekerja media dalam perang Rusia–Ukraina yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Organisasi Reporters Without Borders (RSF) mencatat, puluhan jurnalis dari berbagai negara telah tewas atau hilang di wilayah konflik sejak 2022.
Para aktivis kebebasan pers menilai kematian jurnalis di medan perang bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga ancaman terhadap hak publik untuk memperoleh informasi. “Ketika jurnalis terbunuh, yang ikut mati adalah kebenaran,” tulis RSF dalam pernyataan solidaritasnya.
Serangan drone yang menewaskan Lallican kembali menegaskan bahwa medan perang Ukraina tak hanya menghancurkan kota dan menewaskan warga sipil, tetapi juga menghapus suara-suara yang berani menyampaikan realitas pahit di balik propaganda.
Meski demikian, banyak jurnalis tetap memilih bertahan di wilayah konflik, menolak bungkam, dan melanjutkan pekerjaan Lallican: merekam sejarah di tengah kobaran api dan puing-puing kehancuran. []
Admin04
