WASHINGTON – Para analis memperkirakan kerugian akibat kebakaran lahan yang melanda Los Angeles menjadi yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat (AS).
Meskipun California kerap mengalami kebakaran hutan dan lahan, kejadian tahun ini dianggap sebagai yang paling merugikan dan menghancurkan, baik dari sisi material maupun ekonomi.
Kebakaran ini melanda kawasan Los Angeles County, yang dikenal sebagai rumah bagi kalangan elite, termasuk pengusaha terkemuka dan selebritas Hollywood. Api dengan cepat menyebar ke berbagai lokasi, termasuk beberapa daerah permukiman mewah, seperti Pacific Palisades dan Hollywood Hills.
Daerah-daerah ini bukan hanya pusat hunian orang-orang ternama, tetapi juga lokasi ikonik yang memiliki nilai sejarah dan budaya penting bagi masyarakat AS.
Salah satu faktor utama penyebaran api yang cepat adalah angin kering yang berhembus kencang, yang menyebabkan kebakaran sulit untuk dikendalikan.
Kondisi ini semakin memperburuk situasi, dengan kebakaran yang meluas di lima lokasi berbeda di wilayah tersebut. Seiring berjalannya waktu, dampak kerusakan semakin parah, menyebabkan ancaman terhadap kehidupan dan properti warga.
Bill Wadell, Manajer Humas perusahaan media AccuWeather, mengungkapkan bahwa perkiraan awal kerugian ekonomi akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai 135 miliar hingga 150 miliar dolar AS, atau sekitar Rp2.188 triliun hingga Rp2.431 triliun. Sebelumnya, perusahaan tersebut memprediksi kerugian dalam kisaran 52 miliar hingga 57 miliar dolar AS. Namun, dengan semakin meluasnya kebakaran dan dampaknya, perusahaan tersebut terpaksa menyesuaikan estimasi kerugian yang jauh lebih tinggi.
Wadell menambahkan bahwa cuaca ekstrem dan angin kencang yang diprediksi akan terus berhembus sepanjang pekan depan, berisiko memperburuk penyebaran api, yang diperkirakan akan menambah angka kerugian yang lebih besar.
Dalam keterangan terpisah, Sheriff Los Angeles County, Robert Luna, menggambarkan kerusakan yang terjadi akibat kebakaran ini seperti dampak dari bom nuklir yang dijatuhkan di daerah tersebut.
Perbandingan ini menekankan betapa dahsyatnya skala kerusakan yang terjadi, baik dari sisi infrastruktur, lingkungan, maupun kehidupan masyarakat.
Sebuah laporan dari surat kabar The Wall Street Journal mengutip analis dari JPMorgan, Jimmy Bhullar, yang sebelumnya melaporkan bahwa kerugian ekonomi akibat kebakaran tersebut diperkirakan hampir mencapai 50 miliar dolar AS (sekitar Rp810,4 triliun).
Angka tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan estimasi awal yang dirilis beberapa hari sebelumnya.
Bencana kebakaran ini telah menarik perhatian nasional dan internasional, dengan sejumlah pejabat, termasuk Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, membatalkan kunjungan luar negeri mereka guna memprioritaskan penanganan bencana ini.
Dengan semakin meluasnya kebakaran, perhatian lebih besar dari pemerintah pusat dan masyarakat internasional sangat diperlukan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa ini. []
Redaksi03