JAKARTA – Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropis ternama, mengungkapkan bahwa aktivitas manusia di Bumi menghasilkan sekitar 51 miliar ton gas rumah kaca setiap tahunnya. Dalam sebuah unggahan di blog pribadinya pada Selasa (01/04/2025), Gates menyebutkan bahwa sekitar 7% dari total emisi tersebut berasal dari produksi lemak dan minyak hewani serta nabati. “Untuk memerangi perubahan iklim, kita harus mengubah angka tersebut menjadi nol,” kata Gates.
Meski mendesak pentingnya pengurangan emisi, Gates menyadari bahwa menghapus konsumsi lemak hewani secara total adalah hal yang tidak realistis. Ia menjelaskan bahwa lemak hewani telah lama menjadi bagian penting dalam pola makan manusia, karena kandungan nutrisi dan kalorinya yang vital. Namun, ia juga menegaskan bahwa produksi lemak hewani saat ini menyumbang sejumlah masalah lingkungan, seperti emisi karbon, praktik peternakan yang tidak berkelanjutan, serta penggunaan bahan kimia berbahaya.
Sebagai solusi, Gates memperkenalkan inovasi yang dikembangkan oleh startup Savor, yang ia danai. Perusahaan tersebut menciptakan lemak melalui proses kimia yang menggabungkan karbon dioksida dari udara dan hidrogen dari air. Proses ini menghasilkan produk lemak dengan struktur molekul yang serupa dengan lemak yang ditemukan dalam produk susu, keju, daging sapi, atau minyak nabati, tanpa melibatkan hewan atau aktivitas pertanian konvensional.
Gates juga menyoroti isu minyak sawit sebagai komoditas global yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan. “Saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati paling banyak dikonsumsi di dunia. Ia ditemukan dalam berbagai produk, mulai dari makanan hingga kosmetik. Masalahnya bukan pada kegunaan minyak sawit, tetapi pada cara produksinya,” ungkap Gates.
Mayoritas perkebunan sawit terletak di wilayah tropis, khususnya Indonesia dan Malaysia. Ekspansi perkebunan sawit ini telah menyebabkan deforestasi besar-besaran, yang pada 2018 berkontribusi terhadap 1,4% emisi global, lebih besar dari emisi seluruh negara bagian California. Pembukaan lahan untuk perkebunan sawit juga menyebabkan pelepasan karbon yang signifikan ke atmosfer.
Namun, Gates optimistis dengan munculnya solusi alternatif untuk menggantikan minyak sawit. Salah satunya adalah perusahaan C16 Biosciences yang mengembangkan minyak dari fermentasi ragi liar. Produk ini memiliki profil asam lemak yang mirip dengan minyak sawit, namun tidak memerlukan pembukaan lahan atau penebangan pohon.
Sejak 2017, C16 Biosciences telah berhasil mengembangkan minyak nabati sintetis di laboratorium Manhattan, yang terbukti bebas emisi dan tidak memerlukan lahan pertanian. Gates menyatakan bahwa inovasi semacam ini bisa menjadi terobosan untuk mengurangi ketergantungan manusia terhadap eksploitasi alam. “Prosesnya tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan,” tambahnya.
Gates menekankan pentingnya adopsi teknologi hijau untuk transisi ke produk yang lebih ramah lingkungan. Menurutnya, inovasi seperti yang dikembangkan oleh Savor dan C16 Biosciences membuktikan bahwa manusia dapat memenuhi kebutuhan pangan tanpa merusak bumi. Namun, tantangannya adalah membuat teknologi ini terjangkau dan dapat diakses secara lebih luas.
Langkah Gates dalam berinvestasi di sektor pangan berkelanjutan sejalan dengan tren global untuk mencapai net-zero emission. Para analis berpendapat bahwa meskipun teknologi hijau ini menjanjikan, diperlukan kerja sama antarnegara untuk memastikan solusi ini tidak hanya menjadi komoditas eksklusif bagi negara-negara maju, melainkan dapat diterapkan secara global. []
Penulis: Muhammad Yusuf | Penyunting: Nistia