Rusia Siap Dialog Damai Lagi, Ukraina Minta Kepastian

MINSK – Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyatakan kesiapan Moskow untuk membuka babak baru dalam upaya diplomasi guna mengakhiri konflik berkepanjangan dengan Ukraina. Dalam kunjungannya ke Belarus pada Jumat (28/6/2025), Putin menyebut adanya pembicaraan antara pejabat Rusia dan Ukraina mengenai waktu pertemuan berikutnya, yang berpotensi menjadi perundingan damai langsung ketiga sejak perang dimulai pada Februari 2022. “Pejabat kami tengah membahas waktu pertemuan yang memungkinkan,” kata Putin dalam pernyataan resminya di Minsk, dikutip dari media internasional, Minggu (29/6/2025).

Putin mengisyaratkan bahwa gencatan senjata yang hingga kini belum mendapat persetujuan Kremlin, akan masuk dalam agenda perundingan. Namun, jalan menuju meja dialog masih penuh tantangan, menyusul pengalaman dua perundingan sebelumnya yang tidak menghasilkan terobosan, salah satunya pertemuan di Istanbul.

Pemerintah Ukraina sendiri menyatakan kesiapan untuk melanjutkan dialog, namun menggarisbawahi pentingnya pembicaraan tingkat tinggi secara langsung antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Putin. Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, menegaskan bahwa hasil konkret hanya mungkin dicapai melalui pertemuan antarkepala negara.

Namun, rencana tersebut diragukan efektivitasnya, terutama karena Putin menegaskan bahwa pertemuan puncak hanya akan terjadi bila poin-poin utama perjanjian damai telah disepakati sebelumnya. Selain itu, Putin kembali menuding bahwa Zelensky tak lagi memiliki legitimasi setelah masa jabatannya berakhir tahun lalu  pernyataan yang segera ditolak oleh Kyiv dan para sekutu Barat.

Sementara upaya diplomasi masih dalam bayang-bayang ketidakpastian, medan pertempuran tetap memanas. Pada Kamis malam, Angkatan Udara Ukraina melaporkan serangan besar-besaran yang melibatkan lebih dari 360 pesawat nirawak Shahed serta delapan rudal. Ukraina mengklaim mampu menembak jatuh sebagian besar drone tersebut, dan hanya enam rudal jelajah yang berhasil dihentikan.

Menurut Jenderal Oleksandr Syrskyi, pasukan Ukraina berhasil mempertahankan posisi di wilayah Sumy, timur laut negara itu, dan mencegah pergerakan besar-besaran pasukan Rusia. “Kami menstabilkan garis pertahanan dan menahan laju mereka,” ujar Syrskyi.

Ukraina kini juga mengandalkan strategi baru dengan mengerahkan drone pencegat untuk menangkal serangan udara Rusia, mengingat terbatasnya sumber daya militer yang dimiliki. Ketergantungan terhadap teknologi nirawak telah menjadi ciri utama dalam perang yang telah memasuki tahun keempat ini.

Di sisi lain, Moskow belum memberikan tanggapan terhadap klaim-klaim militer dari pihak Kyiv. Namun, dari catatan lapangan, Rusia masih terus menggempur wilayah sepanjang 1.000 kilometer garis depan, termasuk Sumy yang mengalami kerusakan besar dan korban sipil.

Upaya internasional yang dipelopori Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir juga belum menghasilkan kemajuan berarti, kecuali kesepakatan mengenai pertukaran tahanan perang. Hingga kini, harapan akan terciptanya perdamaian tampak masih jauh dari kenyataan, meski pintu perundingan perlahan mulai terbuka kembali. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com