KUTAI TIMUR – Sebanyak 4.000 bibit mangrove dari jenis Rhizophora mucronata ditanam di kawasan pesisir Teluk Lingga, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Aksi tersebut mencakup lahan seluas 20 hektare dan menjadi bagian dari fase awal pemulihan ekosistem pesisir secara berkelanjutan.
Penanaman mangrove ini merupakan hasil kolaborasi antara PT Arkara Prathama Energi (Arkara Energi), perusahaan teknologi lingkungan Jejakin, dan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup dan Hari Laut Sedunia yang jatuh pada bulan Juni lalu.
“Kami mengapresiasi Arkara Energi dan Jejakin atas inisiatifnya. Penanaman mangrove adalah bentuk tanggung jawab lingkungan. Kami berharap lebih banyak perusahaan mengambil peran serupa dalam mendukung penghijauan di seluruh wilayah Kutai Timur,” kata Wakil Bupati Kutai Timur, Mahyunadi, Selasa (16/07/2025).
Selain menanam mangrove, upaya restorasi lingkungan juga mencakup transplantasi sebanyak 500 stek terumbu karang di perairan Teluk Lingga. Kegiatan ini menggandeng komunitas pelestari laut Forum Alien Mangrove untuk memperkuat keanekaragaman hayati bawah laut.
Sebagai bagian dari pendekatan berbasis teknologi, Jejakin menghadirkan sistem sensor Internet of Things (IoT) yang dilengkapi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Teknologi ini digunakan untuk memantau pohon secara transparan dan akurat, mulai dari lokasi tanam hingga estimasi penyerapan karbon dan pengaruhnya terhadap pemulihan ekosistem.
Mahyunadi menyambut baik penggunaan teknologi tersebut dan mengajak lebih banyak pihak, khususnya pelaku industri, agar terlibat dalam pemulihan lingkungan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam menjaga keseimbangan alam.
Sementara itu, Direktur Utama Arkara Energi, Ivan Victor Salim, menyatakan kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap kelestarian lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Ekosistem pesisir adalah garis pertahanan terakhir kita terhadap krisis iklim. Mangrove merupakan benteng alami yang harus kita jaga dan pulihkan bersama. Kami berharap langkah ini menjadi pemantik gerakan lingkungan yang lebih luas dan berkelanjutan,” jelas Ivan.
Perwakilan dari Jejakin, Dewi Bintang, selaku Impact Delivery, turut menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan memungkinkan pelacakan detail terhadap setiap pohon, tidak hanya untuk pendataan, tetapi juga dalam mengukur kontribusi ekologisnya.
“Melalui teknologi pemantauan yang kami kembangkan, setiap pohon dapat dilacak mulai dari lokasi tanam, perkembangan, hingga dampak ekologisnya. Pendekatan ini memungkinkan kita menilai keberhasilan bukan hanya dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi juga dari kontribusinya terhadap pemulihan lingkungan pesisir,” ungkapnya.
Ketua panitia kegiatan, Eko Sugiarto, menegaskan bahwa penanaman mangrove ini tidak bersifat seremonial semata, melainkan membawa misi penting dalam hal edukasi dan pemberdayaan masyarakat pesisir.
“Penanaman mangrove ini bertujuan untuk mencegah abrasi pantai, meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat, mendukung penyerapan karbon, serta mitigasi perubahan iklim,” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan tercipta sinergi yang kuat antara pelaku industri, komunitas, dan pemerintah daerah dalam merawat ekosistem pesisir sebagai penyangga kehidupan yang berkelanjutan.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan