BALI – Kepolisian berhasil mengungkap sindikat penipuan cinta yang beroperasi di Bali dan menargetkan seorang pria asal Amerika Serikat. Sebanyak 38 warga negara Indonesia (WNI), termasuk tujuh perempuan, ditangkap dalam operasi tersebut, menurut keterangan polisi.
Pengungkapan kasus ini berawal dari laporan mengenai aktivitas mencurigakan di sebuah rumah sewa di Denpasar, ibu kota Provinsi Bali. Dari penyelidikan tersebut, aparat berhasil mengamankan sejumlah tersangka yang diduga terlibat dalam sindikat kejahatan siber internasional.
“Para tersangka bekerja sebagai operator yang bertugas mencari korban penipuan cinta, dengan target pria asal Amerika yang memiliki akun Telegram,” kata Kepala Kepolisian Daerah Bali, Inspektur Jenderal Daniel Adityajaya, Kamis, 12 Juni.
Modus operandi mereka adalah berpura-pura menjadi perempuan menggunakan foto dan identitas palsu untuk membangun hubungan emosional dengan korban. Setelah berkomunikasi melalui aplikasi Telegram, mereka mengirim tautan palsu yang digunakan untuk mencuri data sensitif korban.
Menurut keterangan polisi, para tersangka menerima upah sebesar US$200 per bulan dari seseorang yang mengendalikan operasi ini dari Kamboja. Mereka bertugas mencuri informasi pribadi korban untuk digunakan dalam pemerasan atau penipuan lebih lanjut.
Penangkapan dimulai dari sembilan tersangka awal, yang kemudian berkembang hingga mengungkap peran tersangka lain dalam jaringan tersebut. Semua tersangka merupakan WNI dan kini terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Kasus ini menjadi bagian dari tren migrasi pelaku kejahatan siber ke Asia Tenggara, menyusul pengetatan penegakan hukum oleh pemerintah China terhadap jaringan penipuan di dalam negeri.
Pada 2019, Indonesia juga menangkap 85 warga China dan enam WNI atas kasus serupa yang menipu korban hingga jutaan dolar. Sementara itu, pada 2023, sebanyak 88 warga China ditangkap di Batam, Kepulauan Riau, karena menjalankan sindikat pemerasan seksual berbasis daring yang menargetkan ratusan korban di China, termasuk pejabat publik.
Keberhasilan pengungkapan kasus ini menunjukkan peningkatan kesigapan aparat dalam memerangi kejahatan siber yang kian berkembang. Polisi juga mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap modus penipuan daring yang memanfaatkan hubungan emosional. []
Admin05