MADRID – Andriy Portnov, mantan politikus Ukraina yang juga dikenal sebagai mantan ajudan senior Presiden terguling Viktor Yanukovych, tewas ditembak di kawasan Pozuelo de Alarcón, wilayah barat Kota Madrid, Spanyol. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (20/5) sekitar pukul 09.15 waktu setempat atau 15.15 WIB, tak jauh dari area sekolah internasional American School of Madrid.
Menurut informasi dari kepolisian Spanyol, Portnov menjadi sasaran serangan bersenjata ketika hendak memasuki mobilnya. Beberapa peluru menghantam tubuhnya, termasuk satu tembakan yang mengenai kepala. Para pelaku dilaporkan melarikan diri ke area hutan yang terletak di sekitar lokasi kejadian.
Layanan darurat Summa dari wilayah Madrid mengonfirmasi bahwa Portnov mengalami tiga luka tembak. Ia dinyatakan meninggal dunia sesaat setelah ambulans tiba di lokasi. Sumber yang dekat dengan pihak sekolah menyebutkan bahwa Portnov diyakini merupakan orang tua dari salah satu siswa di sekolah tersebut. Meski insiden terjadi di sekitar area sekolah, pihak sekolah memastikan seluruh siswa dalam kondisi aman dan segera mengirimkan pemberitahuan darurat kepada para orang tua.
Polisi setempat telah memasang garis pembatas di luar sekolah yang diketahui memiliki lebih dari seribu siswa dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Spanyol.
Portnov sebelumnya pernah menjadi subjek sanksi internasional. Pada 2021, Amerika Serikat memasukkannya dalam daftar sanksi berdasarkan Undang-Undang Magnitsky. Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa ia menggunakan posisinya untuk memengaruhi keputusan pengadilan dan merusak upaya reformasi sistem hukum di Ukraina. Selain itu, Kanada juga membekukan asetnya pada 2014 sebagai bagian dari tindakan terhadap pejabat asing yang dianggap terlibat korupsi.
Pada masa pemerintahan Yanukovych, Portnov menjabat sebagai wakil kepala administrasi presiden serta memimpin Direktorat Utama Reformasi Peradilan Ukraina. Ia juga pernah menjadi anggota dewan Bank Nasional Ukraina. Setelah Yanukovych dilengserkan melalui gerakan Euromaidan tahun 2014, Portnov melarikan diri ke Rusia bersama sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Meski sempat kembali ke Ukraina pada 2019, pemerintah tidak menjatuhkan sanksi terhadapnya. Namun, pada Desember 2024, petisi publik yang diinisiasi media dan organisasi masyarakat sipil menyerukan sanksi terhadap Portnov atas dugaan korupsi dan upaya mengintervensi sistem hukum. Petisi itu juga menyoroti intimidasi terhadap jurnalis investigatif, termasuk dugaan Portnov membocorkan data pribadi wartawan Radio Free Europe/Radio Liberty. Petisi tersebut mengumpulkan 25.000 tanda tangan, namun akhirnya ditolak kabinet Ukraina karena dianggap tidak memiliki dasar hukum yang cukup.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Ukraina maupun kantor Presiden Ukraina terkait insiden penembakan tersebut. Dinas Keamanan Ukraina (SBU) sebelumnya sempat menyelidiki dugaan keterlibatan Portnov dalam aneksasi Krimea oleh Rusia, namun penyelidikan itu ditutup. Diketahui, Portnov meninggalkan Ukraina beberapa bulan setelah invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022, meskipun saat itu pria usia wajib militer dilarang keluar dari negara tersebut. []
Redaksi11
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan