KOTAWARINGIN TIMUR – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, melangkah lebih jauh dalam upaya percepatan penurunan angka stunting melalui peluncuran Aplikasi Silaras (Sistem Laporan Rapor Dapur Sehat Atasi Stunting). Peluncuran ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan rembuk stunting tingkat kabupaten yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Jumat (21/06/2025). “Hari ini kita secara resmi melaksanakan rembuk stunting sekaligus meluncurkan Aplikasi Silaras dalam rangka penanganan stunting di Kotim. Karena berdasarkan data pusat, angka stunting di wilayah kita masih cukup tinggi, yaitu 35,5 persen,” ujar Bupati Kotim, Halikinnor, dalam sambutannya.
Stunting, yang berdampak besar terhadap kualitas sumber daya manusia, masih menjadi perhatian utama Pemkab Kotim. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Kotim menempati posisi kabupaten dengan angka stunting tertinggi di Kalimantan Tengah. Meski data internal Pemkab menunjukkan penurunan signifikan hingga 22 persen, data nasional tetap menjadi rujukan dalam perencanaan strategis.
Menurut data Dinas Kesehatan, hingga akhir 2024, terdapat 2.543 balita pendek (stunting), atau 19,61 persen dari total 12.966 balita yang diukur. Informasi sementara dari pemerintah pusat bahkan memperkirakan penurunan angka stunting di Kotim menjadi 25 persen. “Alhamdulillah, dengan kerja sama dan sinergi semua pihak, angka stunting kita turun. Namun, tentu saja kita masih menunggu hasil rilis resmi dari Kementerian Kesehatan,” ucap Halikinnor.
Meski mencatatkan kemajuan, Pemkab Kotim tak ingin berpuas diri. Halikinnor menargetkan penurunan angka stunting di bawah 15 persen pada tahun depan, sejalan dengan target nasional sebesar 14 persen. “Ini memang berat, karena menangani stunting tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi saya optimis dengan kerja sama semua pihak, target itu bisa kita capai,” tegasnya.
Upaya percepatan penurunan stunting di Kotim telah mencakup berbagai program inovatif seperti Grebek Stunting, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dan balita, serta pengembangan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) di 33 desa. Aplikasi Silaras kini diharapkan dapat mempermudah proses pelaporan kegiatan Dahsat secara digital, yang sebelumnya masih dilakukan secara manual.
Pelaksana Tugas Kepala DP3AP2KB Kotim, Umar Kaderi, menjelaskan bahwa aplikasi Silaras akan membantu mempercepat dan meningkatkan akurasi pelaporan dari lapangan. “Setiap kegiatan Dahsat kini akan dientri langsung ke aplikasi oleh koordinator lapangan. Meski ada kendala sinyal di beberapa desa, data manual tetap bisa diunggah saat berada di area yang memiliki sinyal,” ujarnya.
Di sisi lain, Halikinnor juga mengimbau agar para ibu hamil dan ibu dengan balita aktif memanfaatkan layanan posyandu. “Kami evaluasi, minat ke posyandu masih rendah. Padahal ini penting untuk pemantauan tumbuh kembang anak, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan,” katanya.
Tak kalah penting, ia juga mendorong peran serta perusahaan swasta. “Saat ini baru satu atau dua perusahaan yang aktif. Ke depan, saya harap semua perusahaan bisa terlibat dalam upaya ini, agar penurunan angka stunting bisa lebih maksimal,” pungkas Halikinnor. []
Admin 02
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan