Penyelundupan Meningkat di Tengah Ketegangan Kamboja–Thailand

PHNOM PENH – Ketegangan diplomatik antara Kamboja dan Thailand memicu fenomena penyelundupan produk-produk Thailand ke Kamboja, termasuk air minum kemasan dan minuman berenergi. Hal ini terjadi setelah Presiden Senat Kamboja Hun Sen mengunggah pernyataan kontroversial di Facebook yang menantang Thailand dan mengancam akan menangguhkan impor berbagai produk dari negara tetangga tersebut.

Menurut laporan Khmer Times, Hun Sen secara terbuka mengkritik proposal oposisi Thailand yang ingin memotong ekspor minyak ke Kamboja. “Hal tersebut dapat menyebabkan kehancuran,” ujarnya. Ia juga mengancam akan menghentikan impor barang kaleng dari Thailand, termasuk minuman beralkohol, minuman berenergi, serta produk ikan dan daging kaleng.

Di tengah ketegangan ini, warga Kamboja justru semakin mencari produk-produk Thailand. Seorang warga mengaku kepada Nation TV bahwa air minum kemasan dari Thailand terasa lebih enak dibandingkan yang dijual di Kota Poipet, wilayah perbatasan Kamboja. “Banyak yang mencoba menyelundupkannya dengan cara disembunyikan karena polisi hanya mengizinkan dua kemasan per hari,” katanya.

Seorang pedagang Thailand menjelaskan bahwa alasan warga Kamboja membeli air minum dari negaranya karena kualitasnya lebih bersih dan harganya lebih murah. “Di Poipet, harga air kemasan mencapai 20 baht per botol karena kurangnya fasilitas produksi lokal,” ujar pedagang tersebut.

Persoalan lain muncul di sektor energi. Seorang pekerja Thailand di Kamboja mengungkapkan bahwa negaranya sangat bergantung pada impor bahan bakar dari Thailand untuk memenuhi kebutuhan listrik. “Jika Bangkok menghentikan ekspor bahan bakar, dampaknya akan sangat besar bagi Kamboja,” katanya. Ia menambahkan, pemadaman listrik yang sering terjadi di Poipet setelah pemutusan pasokan dari Otoritas Pembangkit Listrik Thailand berpotensi merusak peralatan elektronik.

Perbedaan harga bahan bakar juga memicu penyelundupan. Warga Kamboja berbondong-bondong mengisi bensin di Thailand, di mana harga bensin beroktan 95 hanya 41,54 baht per liter, sementara di Poipet mencapai 50 baht. Solar pun lebih murah di Thailand dengan harga 31,94 baht per liter, sedangkan di Kamboja dijual 40 baht per liter.

Sumber dari kantor imigrasi menyatakan bahwa penutupan perbatasan akan berdampak serius pada lebih dari 30.000 pekerja Kamboja yang bekerja di pasar perbatasan Rong Kluea, Provinsi Sa Kaeo, Thailand. Situasi ini menunjukkan betapa eratnya hubungan ekonomi kedua negara, meski ketegangan politik terus memanas.

Dengan meningkatnya penyelundupan dan ketergantungan Kamboja pada produk Thailand, kebijakan perdagangan yang lebih keras dari kedua pihak berpotensi memperburuk kondisi ekonomi masyarakat perbatasan. []

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com