JAKARTA – Penurunan penjualan sepeda motor listrik di tahun 2025 memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri. Ketiadaan kejelasan soal kelanjutan program subsidi dari pemerintah menjadi salah satu penyebab utama lesunya permintaan kendaraan ramah lingkungan tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI), Budi Setiyadi, menyatakan bahwa kondisi tersebut mulai berdampak langsung terhadap keberlangsungan operasional sejumlah produsen. Ia mengungkapkan bahwa proses pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah mulai terjadi di beberapa pabrikan sebagai langkah efisiensi akibat turunnya kapasitas produksi.
“PHK nyatanya semua sudah mulai, saya nggak tahu dirumahkan apa PHK. Pengurangan pegawai sudah ada, karena ya kapasitas berkurang, gaji besar, jadi strategi bertahan dengan pengurangan pegawai,” katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/7/2025).
Menurut Budi, sejumlah investor yang sebelumnya telah berinvestasi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik mulai menunjukkan tanda-tanda menahan ekspansi. Padahal, sejak diberlakukannya subsidi Rp 7 juta per unit tahun lalu, beberapa produsen telah memulai pembangunan pabrik dan mengembangkan produksi secara signifikan.
“Investasi bangun pabrik, bahkan pabrik ada yang mulai besar tapi dengan ini mereka ya mungkin menahan,” ujar Budi.
Ketidakpastian kebijakan pemerintah disebut menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan industri. Ia menegaskan pentingnya komitmen pemerintah agar pelaku industri tetap terdorong untuk tumbuh. Dengan adanya kepastian kebijakan, Budi menilai bukan hanya investor dalam negeri yang akan terdorong, tetapi juga pihak asing yang tertarik menanamkan modal di Indonesia.
“Ada kepastian, industri termotivasi dan tetap tumbuh. Pemerintah sudah bantu investor, dengan subsidi investor jadi semangat. Tapi bukan hanya itu, tapi yang dari luar juga masuk ke dalam,” sebutnya.
Sebagai upaya bertahan di tengah merosotnya pasar motor listrik, beberapa perusahaan mulai mengalihkan produksi ke jenis kendaraan lain, seperti sepeda listrik yang masih memiliki permintaan cukup tinggi.
“Substitusi ke sepeda listrik bisa juga karena banyak yang dibeli kan sepeda listrik,” ujar Budi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa industri kendaraan listrik memerlukan kejelasan arah kebijakan agar pertumbuhannya tidak stagnan dan dapat tetap memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi dan pembangunan ekonomi nasional.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan