Inflasi Juni 2025 Capai 0,19 Persen, Dipicu Harga Pangan

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru mengenai perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Juni 2025. Berdasarkan laporan resmi yang diumumkan dalam konferensi pers, inflasi pada bulan tersebut tercatat sebesar 0,19 persen secara bulanan atau month to month (mtm).

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa sejumlah komoditas pangan menjadi penyumbang utama terhadap terjadinya inflasi. Beberapa di antaranya adalah bahan makanan pokok yang kerap mengalami fluktuasi harga.

“Komoditas penyumbang adalah beras, cabai rawit, bawang merah, dan tomat secara mom,” kata Pudji dalam konferensi pers yang berlangsung pada Selasa (1/7/2025).

Inflasi yang terjadi pada bulan Juni 2025 menunjukkan adanya tekanan harga dari sektor makanan, terutama yang berasal dari kelompok hortikultura dan kebutuhan pangan utama masyarakat. Fenomena ini bukanlah hal yang baru, mengingat beberapa komoditas tersebut kerap mengalami kenaikan harga seiring dengan perubahan musim maupun gangguan distribusi.

Di sisi lain, BPS juga mencatat bahwa inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) masih berada dalam rentang yang terkendali, meskipun terdapat dinamika pada beberapa kelompok pengeluaran. Masyarakat di sejumlah wilayah, terutama di daerah sentra produksi pangan, turut merasakan kenaikan harga yang memengaruhi pengeluaran harian mereka.

Meskipun demikian, pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga terkait terus berupaya menjaga stabilitas harga bahan pokok. Salah satu langkah yang dilakukan adalah menjaga kelancaran distribusi serta menambah pasokan dari daerah surplus ke daerah yang mengalami kekurangan.

Dalam beberapa waktu ke depan, arah kebijakan pengendalian inflasi diprediksi akan tetap fokus pada kestabilan harga pangan dan menjaga daya beli masyarakat. Kondisi ini menjadi penting untuk menghindari tekanan inflasi yang lebih tinggi pada kuartal mendatang, terutama menjelang musim kemarau dan potensi gangguan produksi di sektor pertanian.

Inflasi bulanan yang relatif rendah ini diharapkan dapat memberi ruang gerak yang lebih fleksibel bagi pengambil kebijakan, terutama dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kestabilan harga.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com