Puluhan HP milik pelajar yang disita saat razia dibuang ke sungai. Banyak yang menilai aksi buang HP ini adalah nyeleneh pengelola SMK Farmasi
KUTAI KARTANEGARA – Sebuah peristiwa memalukan sekaligus menghebohkan menyangkut dunia pendidikan terjadi di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim). Puluhan telepon genggam atau handpone (HP) milik pelajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi, Tenggarong, dibuang ke sungai Mahakam, belum lama ini.
Puluhan HP tersebut di antaranya merupakan perangkat ponsel pintar (smart phone) berharga mahal, sampai belasan juta rupiah per unit, seperti dari merek terkenal, iPhone. Aksi buang HP ke sungai itu sendiri menurut kabar dipelopori dan dilakukan pihak sekolah sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan para siswa karena ketahuan membawa HP di sekolah.
Kejadian tersebut terungkap Sabtu (5/9) dan begitu beritanya tersebar, mendapatkan tanggapan luas dari netizen di jejaring sosial, seperti facebook dan twitter. “Sangking kayanya orang Tenggarong, HP saja dibuang-buang saja,” kata seorang pemilik akun Facebook, Iwan Sigit, yang menanggapi aksi buang HP ke sungai itu.
Menurut informasi yang diperoleh dari salah seorang guru SMK Farmasi yang identitasnya tak mau disebutkan, HP yang dibuang adalah sitaan saat razia yang dilakukan pihak sekolah. Sebelum dibuang, para orang tua murid dipanggil pihak sekolah.
Aksi buang HP itu sendiri dilakukan tepat di tepi Sungai Mahakam, tepat di seberang komplek bangunan SMK Farmasi, di Jalan Wolter Monginsidi, Tenggarong. Sejumlah pemilik HP dikabarkan hanya bisa menangis ketika barang-barang berharga mahal itu dibuang ke sungai.
Sementara kebijakan buang HP itu sendiri disebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara sekolah dan siswa saat pendaftaran siswa baru. Sebelum siswa masuk SMK Farmasi, memang sudah kita ingatkan jangan membawa HP, karena kalau ketahuan akan dibuang ke Sungai Mahakam.
“Saat pendaftaran siswa dan orangtuanya telah mendandatangani surat pernyataan, apabila kedapatan membawa HP maka akan dibuang ke Sungai Mahakam,” tutur guru SMK Farmasi yang menjadi sumber media.
Sementara pihak berkompeten dari SMK Farmasi belum ada yang dapat memberikan informasi. Kepala Sekolah, Syamsuddin Mallala saat hendak dimintai konfirmasinya di sekolah, tak berada di tempat. Demikian pula dengan Kepala Dinas Pendidikan Kukar, Wiyono, saat dihubungi via telepon genggam, belum memberikan respon.
KEBIJAKAN GEBLEK
Sebenarnya, aksi buang HP di sungai tersebut telah menuai banyak komentar pro dan kontra. Rudiansyah, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Dearah (DPRD) Kukar justru bukan menilai aksi membuang HPnya, tetapi mempertanyakan, mengapa puluhan HP tersebut dibuang ke sungai, bukannya ke tempat sampah. “Itu Sungai Mahakam bukan bak sampah, karena sungai adalah sumber kehidupan bagi masyarakat,” kata Rudiansyah.
Sementara Hasyim Saad, M.Pd, pengamat sekaligus praktisi pendidikan di Kukar, menilai kebijakan buang HP tersebut adalah kebijakan nyeleneh dan tidak patut dilakukan pihak sekolah, apalagi para guru. “Itu tindakan geblek namanya. Memangnya seberbahaya apa dengan HP? HP itu teknologi, kalau dipergunakan untuk belajar mengajar, justru semakin menunjang. Jangan-jangan para gurunya gagap teknologi, primitif,” kata Hasyim.
Jangankan membuang HP, apalagi dibuang ke sungai, melarang pelajar menggunakan HP di sekolah saja merupakan kebijakan yang tidak tepat. Teknologi HP itu dapat membantu siswa untuk mencari informasi, dengan perangkat aplikasi yang disediakan, mempermudah memecahkan masalah-masalah terapan.
“Tinggal bagaimana pengaturannya. Kalau digunakan untuk mencari informasi, masa tidak boleh. Kalau ada guru yang hanya berpatokan hanya pada satu atau beberapa referensi, itu tidak tepat. Mestinya diperluas, ya dengan teknologi yang dimilki HP. Dengan internet misalnya, informasi apapun bisa diperoleh,” papar Hasyim.
Ia heran, bagaimana pola berpikir para guru di SMK Farmasi sehingga bisa mengeluarkan kebijakan kontroversial seperti itu. “Jangan-jangan mereka ini (para oknum guru di SMK Farmasi, red) tidak paham dengan pendidikan. Maklum saja, gelar sarjana dan master kan mudah didapat, skripsi, tesis dan disertasi bisa dibeli. Jadi tidak jadi patokan,” kata Hasyim.
Soal membuang HP, Hasyim memahami bahwa tujuannya untuk membuat efek jera, tetapi sebenarnya hal itu dapat memberikan efek lebih luas. Misalnya dampak psikologis siswa, bisa mengalami trauma. “Masih untung kalau trauma tidak menggunakan HP, kalau sampai stress berat bagaimana? Bisa saja, karena HP yang dibuangkan ada yang mahal, nilainya sampai belasan juta. Sementara yang cari uang buat membeli orang tuanya. Apa reaksi orang tua terhadap anaknya yang HPnya dibuang?” tandas Hasyim.
Aksi buang HP ini, menurut Hasyimm harus dijadikan pelajaran bagi sekolah lain, jangan sampai ada kejadian serupa. “Mestinya pihak sekolah bisa berpikir jernih, jika memang harus dilarang menggunakan HP, ya dikembalikan ke orang tuanya. Dibuang ini kan sangat tidak mendidik, apalagi dibuang di sungai,” tambahnya. [] RedBB
Saya setuju dengan pendapat Bpk. Hasyim Saad, M.Pd, kalau ada waktu pak, coba aja utus beberapa petugas bapak utk memeriksa laptop atau HP guru2 di SMK ini, jangan2 isinya penuh dengan gambar dan video porno saja haha, hari begini kok ya masih ada saja orang yang mengabaikan tekhnologi informasi dan komunikasi. saya sangat prihatin atas kejadian ini, semoga tidak terulang lagi.
Saya sangat setuju dengan pendapat diatas, dimana sekolah sekarang banyak yang masih menetapkan peraturan tidak boleh membawa HP ke sekolah. k13 yang seharusnya siswa-siswi dapat mencari informasi dari refrensi yang lain menjadi susah, hanya dapat mencari dibuku. Untuk apa sekolah menyediakan hotspot tetapi tidak ada penunjang untuk membuka internet. Laptop masih dibenarkan untuk di bawa ke sekolah, tetapi beban laptop sangatlah berat untuk dibawa setiap hari. Semoga bisa di tindak lanjuti bagi sekolah yang masih melarang siswanya untuk membawa HP.
guru begookk primitif