BANJARMASIN – Harapan akan hari yang tenang setelah menjalani terapi speech delay pupus seketika bagi HNA dan putrinya, MAP. Rabu sore (9/7/2025), sekitar pukul 15.30 Wita, insiden tak terduga terjadi saat keduanya melintasi Jembatan Patih Masih, Banjarmasin Utara. Sebuah benang layangan menyambar wajah MAP yang baru berusia 7 tahun, mengakibatkan luka robek di bagian mulut.
Kejadian tragis ini menggambarkan bagaimana permainan tradisional yang semestinya menjadi hiburan justru berujung petaka karena kelalaian. Sang ayah, FR, menceritakan detik-detik kejadian memilukan tersebut. “Benangnya nyangkut di mulut anak saya. Istri saya juga kena, tapi terlindungi jilbab,” tuturnya, Kamis (10/7).
Usai kejadian, MAP sempat dilarikan ke Rumah Sakit KIA Annisa, namun keterbatasan fasilitas membuatnya dirujuk ke Rumah Sakit Suaka Insan. Di sana, dokter menyatakan luka bocah tersebut harus dioperasi. Karena keterbatasan biaya, keluarga akhirnya membawa MAP ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Mohammad Ansari Saleh dan masih menunggu jadwal operasi.
Identitas pemilik layangan penyebab luka itu tak diketahui, mengingat pada saat kejadian kondisi jembatan cukup ramai. FR sudah melaporkan kejadian tersebut ke Kepolisian Sektor (Polsek) Banjarmasin Barat, namun kepastian pelaku belum ditemukan.
Warga di sekitar lokasi turut merasakan keresahan yang sama. Menurut Asruddin, sehari sebelum kejadian yang menimpa MAP, seorang perempuan juga terjatuh dari sepeda motor akibat tersangkut benang layangan yang melintang di jalan. “Benangnya putus, melintang di jalan. Korban jatuh karena tersangkut di leher,” ujarnya.
Keresahan serupa diungkapkan Khairani (47). Ia menyebut bukan hanya benang yang membahayakan, tetapi juga perilaku anak-anak yang kerap berlarian di jalan untuk mengejar layangan putus. “Kalau ada layangan putus, mereka langsung rebutan. Pakai tongkat panjang, sekitar 1,5 meter. Kadang sampai ke tengah jalan,” ungkapnya.
Meski warga telah berulang kali menegur, aktivitas tersebut terus berlangsung dan tak diindahkan. Peristiwa ini menambah daftar panjang korban dari benang layangan, memperlihatkan bahwa tanpa pengawasan dan penegakan aturan, sebuah permainan bisa berubah menjadi ancaman nyata bagi keselamatan masyarakat.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan