BALIKPAPAN – Sampai saat ini Indonesia menyumbang angka anak bergizi buruk di dunia. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan yang pendek dan berat badan rendah. Anak-anak kurang gizi umumnya lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kilogram.
Di negara berkembang seperti Indonesia, malnutrisi seringkali dialami balita. Menurut dr.Martin Ayuningtyas,M.Kes,Sp.GK (Dokter Spealis Gizi dari RSU Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan) bahwa tanda-tanda anak kekurangan gizi adalah rambut kusam, kering, pucat, bibir dan mulut bengkak. Selain itu otot kurus, nyeri, lemah, sering kejang-kejang, penebalan pada tulang sendi, dan rasa ngilu.
dr.Ayu demikian dirinya akrab disapa menyampaikan bahwa kekurangan gizi bukanlah kejadian yang terjadi dalam waktu singkat. Tapi bisa terjadi sejak bayi, saat berada dalam kandungan ibunya. Apakah kekurangan gizi berbahaya?
“Kekurangan gizi dapat menyebabkan kualitas IQ anak menurun. Karena sejak dalam kandungan hingga anak berusia tiga tahun, otaknya tumbuh dan berkembang kurang lebih sebesar 80 persen,”kata dr.Ayu saat ditemui di kantornya.
Lantas bagaimana mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak?
Berikan ASI eksklusif
Faktor ekonomi tidak selalu menjadi penyebab anak kekurangan gizi. Penyebab lainnya adalah anak tidak mendapatkan ASI. Tak heran jika umumnya anak mengalami kekurangan gizi pada usia 6 bulan ke atas. Oleh karena itu, agar anak tidak mengalami malnutrisi, memberi makanan tambahan sebagai pendamping ASI sangat penting. Misalnya, berilah anak bubur susu yang encer atau buah manis seperti pisang yang dihaluskan.
Perbanyak buah dan sayuran
Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran untuk anak, yaitu sekira 5-7 porsi dalam seminggu dapat mencegah mereka kekurangan gizi.
Fortifikasi makanan
Fortifikasi adalah suatu proses di mana beberapa zat gizi ditambahkan dengan sengaja ke dalam bahan makanan atau makanan. Dan biasanya zat gizi yang ditambahkan merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh.
Fortifikasi makanan berguna untuk mengatasi masalah kekurangan gizi terutama zat mikro, seperti kekurangan zat besi, iodium, dan vitamin A pada anak. Fortifikasi bisa juga berupa menambahkan kandungan vitamin A pada tepung terigu atau menambahkan zat iodium pada garam dan beberapa makanan tertentu lainnya.
Makanan yang mengalami fortifikasi harus mudah didapat dan tidak boleh mengganggu zat essensial yang sudah terkandung dari makanan tersebut.
Perbanyak asupan kalori
Penderita kurang gizi harus banyak mengkonsumsi kalori dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Selain itu asupan mineral dan vitamin juga penting bagi penderita gizi buruk.
dr.Ayu pun mengingatkan bahwa Peluang anak terkena gizi buruk sebenarnya tidak hanya terjadi di desa dan kota-kota kecil. Gizi buruk pun menghantui anak-anak di perkotaan besar seperti Balikpapan maupun Samarinda. Selain faktor keterbatasan ekonomi, makanan seperti junk food yang nilai gizinya rendah dapat menjadi salah satu pemicu.
Untuk mengatasi masalah gizi buruk lanjut dr.Ayu, semua pihak harus ikut bertanggung jawab, bukan pemerintah saja. Peran orang tua juga sangat penting dalam memberikan nutrisi pada anak-anaknya.
Makanan bergizi dan kaya nutrisi untuk anak tidaklah sulit ditemukan dan harus mahal, berikut beberapa makanan bergizi sederhana yang bisa dicoba di rumah:
– Rebus sayur-sayuran segar seperti wortel dan kacang-kacangan, lalu tambahkan kaldu alami agar rasanya lezat. Jika anak Anda masih bayi, sayuran bisa dihaluskan dengan blender terlebih dahulu.
– Belilah buah-buahan segar yang cocok untuk jus atau dihaluskan. Tambahkan susu untuk menambah lengkap gizinya si kecil.
– Berikan asupan ikan atau daging tanpa lemak yang dihaluskan dan campurkan ke dalam bubur.
“Jika ragu dengan kondisi gizi anak Anda, bawalah anak untuk diperiksakan ke dokter atau ke posyandu terdekat,”imbuh dokter yang lulusan Universitas Indonesia ini. [] Irwanto Sianturi