TARAKAN – Sinergi antara Bank Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut kembali diperkuat dalam upaya menjaga kedaulatan ekonomi nasional. Melalui program Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2025, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara bersama Komando Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) XIII Tarakan kembali menyalurkan uang Rupiah ke wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) di Provinsi Kalimantan Utara.
Pelepasan rombongan ekspedisi dilakukan pada Selasa (15/7) di Tarakan, dan direncanakan berlangsung hingga 21 Juli 2025. Lima titik wilayah yang akan dijangkau dalam kegiatan ini adalah Pulau Bunyu, Sebatik, Maratua, Derawan, dan Teluk Sulaiman.
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Hari Widodo, menyebutkan bahwa kegiatan ini menjadi ekspedisi ke-127 yang digelar secara nasional. Ia menegaskan bahwa Kalimantan Utara memiliki posisi strategis karena berbatasan langsung dengan negara lain.
“Kalimantan Utara ini sangat strategis karena berbatasan langsung dengan negara lain. Jangan sampai masyarakat kita justru lebih mengenal atau menggunakan mata uang asing. Kami ingin memastikan Rupiah hadir dan berdaulat di seluruh wilayah NKRI,” tegasnya.
Dalam kegiatan ini, Bank Indonesia membawa uang layak edar senilai Rp5 miliar untuk ditukarkan dengan uang lusuh milik masyarakat. Seluruh pecahan uang dibawa, terutama pecahan kecil hingga Rp20 ribu yang paling dibutuhkan masyarakat di daerah 3T dalam bertransaksi sehari-hari.
Selain layanan penukaran uang, kegiatan ini juga mengusung edukasi bertema “Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah.” Edukasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ciri keaslian uang Rupiah dan menanamkan kebanggaan terhadap uang negara sendiri.
“Kami sesuaikan dengan operasi laut yang dilakukan TNI AL. Ini kolaborasi strategis untuk menjangkau wilayah yang sulit diakses, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan nasional,” tambah Hari Widodo.
Komandan Lantamal XIII Tarakan, Laksamana Pertama TNI Ferry Supriady, mengungkapkan bahwa TNI AL mengerahkan KRI Singa 651 dalam ekspedisi ini. Kapal cepat torpedo tersebut merupakan buatan Jerman yang dirakit di PT PAL Indonesia. Total 58 kru kapal bersama 15 personel Bank Indonesia turut serta dalam perjalanan sejauh 455 mil laut dari Tarakan menuju lima titik ekspedisi.
“Rute yang ditempuh sepanjang 455 mil laut, dari Tarakan menuju Sebatik, Pulau Bunyu, Maratua, Derawan, dan Teluk Sulaiman,” jelasnya.
Menurutnya, ekspedisi tersebut menjadi wujud nyata kehadiran negara dalam menjangkau wilayah yang rawan secara geografis dan ekonomi. Ia menekankan bahwa TNI AL tidak hanya memiliki tanggung jawab dalam aspek pertahanan, melainkan juga turut ambil bagian dalam misi sosial dan ekonomi.
Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Utara, Pollymaart Sijabat, menyampaikan pentingnya membangun semangat cinta terhadap Rupiah di daerah perbatasan yang sangat rentan terpengaruh ekonomi negara tetangga.
“Jangan sampai masyarakat kita lebih mengenal Ringgit atau Dolar. Padahal di setiap lembar Rupiah ada lambang negara dan kalimat ‘Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa’. Ini bukan sekadar uang, tapi simbol kedaulatan bangsa,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa kehadiran langsung Bank Indonesia di Kalimantan Utara membuktikan bahwa perhatian terhadap wilayah perbatasan tidak hanya bersifat administratif dari pusat, tetapi juga nyata dirasakan oleh masyarakat.
“Kita bersyukur karena BI hadir langsung ke wilayah kita. Jangan sampai orang mengira BI hanya di Jakarta. Sekarang hadir langsung di tengah-tengah kita,” pungkasnya.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan