TAYBEH – Para pemimpin gereja Kristen mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel terhadap situs-situs suci di Tepi Barat, yang terjadi pada Senin (14/07/2025). Insiden ini disebut memicu kekhawatiran mendalam di kalangan umat Kristen lokal, bahkan membuat sejumlah warga mempertimbangkan untuk meninggalkan wilayah yang telah lama mereka diami.
Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem, Theophilos III, yang hadir di kota Kristen Taybeh bersama sejumlah pemuka agama dari Yerusalem, mengungkapkan bahwa para pemukim Israel telah membakar lahan di sekitar pemakaman dan gereja abad ke-5 yang terletak di wilayah tersebut. Dalam konferensi pers yang digelar di Taybeh, ia menyampaikan keprihatinannya di hadapan para diplomat dan jurnalis.
“Tindakan-tindakan ini merupakan ancaman langsung dan disengaja bagi komunitas lokal kami tetapi juga bagi warisan sejarah dan agama,” ujar Theophilos III. Ia menambahkan bahwa para pemukim juga telah menyerang rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
Lebih lanjut, Theophilos III mempertanyakan respons aparat keamanan Israel yang dinilai lambat. “Kami menyerukan penyelidikan segera dan transparan tentang mengapa polisi Israel tidak menanggapi panggilan darurat dari masyarakat setempat dan mengapa tindakan-tindakan keji ini terus dibiarkan begitu saja,” tambahnya, seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (15/07/2025).
Hingga kini, juru bicara pemerintah Israel belum memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut. Namun, otoritas Israel sebelumnya telah menyatakan bahwa kekerasan oleh warga sipil tidak dapat diterima dan bahwa tidak seorang pun berhak menegakkan hukum atas kemauannya sendiri.
Dalam kunjungan itu, para pemimpin gereja turut memimpin doa di reruntuhan Gereja St. George yang dibangun pada abad ke-5, diiringi penyalaan lilin oleh warga Taybeh. Mereka juga berbincang langsung dengan masyarakat yang mengungkapkan rasa takut dan kecemasan atas situasi yang semakin memburuk.
Organisasi hak asasi manusia B’Tselem melaporkan bahwa kekerasan oleh pemukim di Tepi Barat meningkat sejak konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas, meletus di Gaza pada akhir 2023. Sementara itu, militer Israel semakin sering melakukan penggerebekan di wilayah Tepi Barat, menyusul serangkaian serangan yang menewaskan puluhan warga Israel.
Menurut otoritas kesehatan Palestina dan kesaksian warga, dua pria Palestina, termasuk seorang warga negara Amerika Serikat, tewas dalam bentrokan dengan pemukim Israel pada Jumat malam.
Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Katolik Roma Yerusalem, menyampaikan keprihatinan atas dampak jangka panjang dari kekerasan ini terhadap umat Kristen. “Sayangnya, godaan untuk beremigrasi tetap ada karena situasi ini,” kata Kardinal Pizzaballa. Ia melanjutkan, “Kali ini sangat sulit untuk melihat bagaimana dan kapan ini akan berakhir, terutama bagi kaum muda untuk berbicara tentang harapan dan kepercayaan untuk masa depan.”
Saat ini, diperkirakan sekitar 50.000 warga Kristen Palestina tinggal di Yerusalem dan Tepi Barat. Kawasan ini menjadi tempat berdirinya berbagai situs penting dalam tradisi agama Kristen, termasuk Betlehem yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus. Di tengah ketegangan yang terus meningkat, komunitas ini menghadapi tekanan yang semakin berat untuk tetap bertahan di tanah kelahiran mereka.
Adapun sekitar 700.000 pemukim Israel kini tinggal di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur, di antara sekitar 2,7 juta warga Palestina. Kedua wilayah tersebut direbut Israel dari Yordania dalam perang tahun 1967, dan hingga kini masih menjadi bagian dari sengketa panjang yang belum menemui solusi.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan