TARAKAN – Isu beras oplosan yang belakangan ramai diperbincangkan masyarakat turut membuat kaget sejumlah pengecer di Kota Tarakan. Salah satunya terjadi di Toko Sinar Terang Bersaudara (STB). Manajer toko, Hermawan Iwan Riandi, mengaku pertama kali mengetahui soal dugaan beras oplosan tersebut bukan dari otoritas resmi, melainkan dari unggahan-unggahan di media sosial.
“Saya pertama tahu dari TikTok dan Instagram. Awalnya bingung, tapi tidak lama kemudian dari kepolisian dan Satgas Pangan langsung datang ke toko. Baru kami paham bahwa ada beras yang diduga bermasalah,” ujar Hermawan, Rabu (16/7/2025).
Meski tidak terlibat langsung, Hermawan menyebut pihaknya ikut terdampak. Ia menegaskan bahwa STB selalu selektif dalam menerima pasokan dari distributor. Apabila terdapat indikasi masalah pada salah satu merek, pihaknya langsung menghentikan pengambilan. “Kami stop ambil dulu kalau ada merek yang bermasalah. Biasanya dari distributor juga tidak kirim lagi kalau mereka sudah tahu. Sekarang kami hanya ambil sesuai kebutuhan mingguan, tidak seperti dulu yang bisa banyak,” jelasnya.
Hermawan menyebut ini merupakan kejadian pertama yang mereka alami selama mengelola toko. Ia merasa konsumen adalah pihak paling dirugikan, mengingat beras yang dijual berpotensi tidak sesuai dengan berat atau mutunya. Ia juga mengaku lebih berhati-hati setelah mendengar kabar bahwa ada kemasan 10 kilogram yang isinya ternyata hanya 9,5 kilogram.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Tarakan, Edy Suriansyah, menjelaskan hingga kini belum ditemukan bukti kuat adanya beras oplosan di wilayahnya. “Kalau soal beras oplosan, belum ada temuan yang jelas. Mutu mungkin bisa berbeda antar merek, tapi untuk dikategorikan oplosan, itu perlu bukti kuat. Pengawasan tetap rutin kami lakukan ke distributor dan toko,” terangnya.
DKPP Tarakan masih menunggu laporan teknis dari petugas di lapangan terkait pemeriksaan mutu dan kualitas beras. “Biasanya Pak Budi atau Ibu Wiwi yang melakukan pengecekan langsung. Tapi sekarang mereka masih di lapangan,” ujar Edy.
Lebih lanjut, ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik. “Yang paling penting adalah menjaga agar isu ini tidak menimbulkan kepanikan. Beras yang dikabarkan bermasalah pun tidak semuanya rusak, kadang hanya menurun dari sisi mutu,” tutupnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian telah mengumumkan temuan sebanyak 212 merek beras yang diduga merupakan hasil oplosan dan tidak sesuai timbangan. Beberapa merek yang disebut dalam konferensi pers Kementan antara lain Sania, Sovia, Fortune, dan Siip dari Wilmar Group; Setra Ramos dan Beras Pulen Wangi milik Food Station; serta Raja Platinum dan Ayana yang diproduksi oleh perusahaan lain. Sejumlah merek tersebut bahkan telah ditarik dari peredaran oleh ritel modern setelah viral di media sosial.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan