JAKARTA – Keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya akan tanaman herbal ternyata belum mampu mengurangi ketergantungan industri farmasi terhadap bahan baku obat impor. Berdasarkan data Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat lebih dari 30.000 spesies tanaman di Indonesia, dan sekitar 9.600 di antaranya memiliki nilai ekonomi dan manfaat, termasuk sebagai tanaman obat. Namun, hingga kini sebagian besar bahan baku obat yang digunakan di dalam negeri masih berasal dari luar negeri.
Menurut hasil kajian dan data dari berbagai sumber, setidaknya 6.000 hingga 7.000 spesies tanaman digunakan dalam praktik pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Kendati demikian, bahan baku obat yang beredar di pasar farmasi nasional masih bergantung pada produk impor, terutama untuk obat-obatan berbasis kimia.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI), Elfiano Rizaldi, menjelaskan bahwa ketergantungan impor tersebut lebih dominan terjadi pada bahan baku kimia. “Yang Indonesia impor lebih dari 90% itu adalah bahan baku obat kimia, bukan bahan baku obat herbal,” ujarnya saat dihubungi pada Jumat (18/7/2025).
Meskipun Indonesia memiliki kekayaan tanaman herbal, penggunaannya sebagai bahan baku obat kimia tidak bisa dilakukan begitu saja. Menurut Elfiano, diperlukan proses panjang dan kompleks untuk mengubah tanaman herbal menjadi bahan baku obat kimia, bahkan tidak semua jenis tanaman bisa melalui proses tersebut.
“Untuk switching bahan baku obat kimia ke bahan baku obat herbal tidak mudah karena pengobatan penyakit sampai dengan saat ini di global pun masih lebih banyak menggunakan obat kimia,” katanya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengembangan industri bahan baku obat di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari sisi teknologi, regulasi, hingga kesiapan ekosistem pendukung. Untuk itu, Elfiano menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan agar industri farmasi nasional dapat mandiri dan tidak terus-menerus tergantung pada impor.
“Untuk membuat dan membangun industri bahan baku obat juga perlu didukung dengan ekosistem yang saling menunjang, dan yang tidak kalah penting adalah harus ada juga industri kimia dasar di Indonesia. Tidak hanya pemerintah tapi semua stakeholder yang terkait,” tegas Elfiano.
Dengan dukungan yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemain penting dalam industri bahan baku obat, baik dari sisi kimiawi maupun herbal. Namun, jalan menuju kemandirian tersebut masih panjang dan membutuhkan strategi menyeluruh yang melibatkan banyak sektor.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan