Sengketa Candi Kuno Picu Perang Baru Thailand-Kamboja

JAKARTA — Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas hingga memicu pecahnya konflik bersenjata terbuka. Insiden ini menyoroti kembali sengketa wilayah yang selama bertahun-tahun nyaris luput dari perhatian dunia internasional.

Rentetan bentrokan bersenjata terjadi di kawasan sengketa, termasuk serangan udara, tembakan roket, dan ledakan ranjau darat. Peristiwa tersebut mengindikasikan eskalasi serius dari konflik perbatasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Situasi mulai memburuk setelah dua prajurit Thailand mengalami luka berat akibat ledakan ranjau dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Insiden pertama terjadi pada Rabu (16/7), diikuti ledakan kedua pada pekan yang sama, yang menyebabkan lima tentara Thailand terluka, dua di antaranya kehilangan kaki.

Sebagai tanggapan, militer Thailand melancarkan serangan udara ke pos militer Kamboja pada Kamis (24/7), yang langsung dibalas dengan tembakan artileri dan roket oleh pihak Kamboja. Kedua negara saling menuduh telah melanggar batas wilayah dan mengklaim tindakan masing-masing sebagai bentuk pertahanan diri.

Ketegangan ini bermula dari insiden pada Mei lalu, saat seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak singkat di area yang disebut Segitiga Zamrud, pertemuan tiga negara: Thailand, Kamboja, dan Laos. Meski sempat muncul pernyataan damai dari militer kedua negara, sejumlah langkah provokatif tetap dilakukan.

Thailand memperketat penjagaan perbatasan, membatasi lalu lintas warga sipil, dan mengancam memutus pasokan listrik serta internet ke wilayah perbatasan Kamboja. Di sisi lain, Kamboja membalas dengan menghentikan impor produk pertanian dari Thailand dan melarang penayangan konten budaya Thailand.

Salah satu titik panas dari konflik ini adalah kompleks Candi Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO yang kerap menjadi pusat sengketa. Thailand menolak pengakuan atas keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) terkait batas wilayah yang ditetapkan saat era kolonial Prancis, sementara Kamboja berpegang teguh pada keputusan tersebut sebagai dasar klaim wilayah.

Di dalam negeri Thailand, krisis perbatasan ini turut mengguncang stabilitas politik. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra diskors dari jabatannya setelah rekaman percakapan dengan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik. Dalam rekaman berdurasi 17 menit tersebut, Paetongtarn terdengar mengkritik langkah militer Thailand.

Skandal itu memicu ketegangan antara pemerintahan sipil dan militer di Thailand serta memperdalam krisis politik di negara tersebut. Paetongtarn, yang merupakan perdana menteri termuda dalam sejarah Thailand, kini menghadapi ancaman pemecatan permanen dari jabatannya.

Situasi ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat internasional karena dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara. []

Redaksi10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com